Pencegahan Penyakit Kaki Gajah di Non Fisik TMMD Reguler 109 Kodim 0713 Brebes

BREBES-Puskesmas Desa (PKD) Lestari Kalinusu, Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu melaksanakan pemberian obat pencegahan penyakit kaki gajah atau filariasis dalam program Belkaga (Bulan Eliminasi penyakit Kaki Gajah), yang jatuh setiap Oktober.

Kali ini, Program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis diselaraskan dengan kegiatan non fisik TMMD Reguler 109 Kodim 0713 Brebes, yaitu pelayanan kesehatan, Senin (19/10). Sebanyak Satu dosis diberikan setiap tahunnya selama 5 tahun berturut-turut.

Bidan I Desa Kalinusu dari PKD Lestari Kalinusu, Zahrotul Atiqoh (44) mengatakan, pelayanan kali ini adalah yang keempat kalinya sejak tahun 2017 lalu. Untuk obat merupakan dukungan dari Puskesmas Kaliwadas, Desa Kaliwadas, Bumiayu, yang merupakan desa tetangga langsung Kalinusu.

“Di Kalinusu sendiri, sasaran pemberian obat kaki gajah kali ini adalah di 8 dusun, yang diberikan kepada 5.371 orang dari total jumlah penduduk 8.448 jiwa, untuk anak umur 2 tahun sampai dewasa 70 tahun,” bebernya.

Pemberian obat pada POPM, terdiri dari kombinasi tablet Diethylcarbamazine (DEC) 100 mg dan tablet Albendazole 400 mg. Adapun dosisnya, untuk usia 2-5 tahun adalah 1 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole, usia 6-14 tahun mendapat 2 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole, sedangkan bagi usia di atas 14 tahun mendapat 3 tablet DEC dan 1 tablet Albendazole.

Program POPM ini sangat bermanfaat untuk menghindarkan dari dua penyakit sekaligus. Yakni membunuh bibit cacing kaki gajah, cacing penyebab anemia pada remaja, dan juga cacing pada usus yang menyebabkan kurang gizi dan stunting pada anak.

“Yang perlu diperhatikan adalah, bagi orang dewasa obat diminum sesudah makan dan sebelum tidur karena efek dari tablet tersebut adalah mudah mengantuk, sementara bagi anak diminum di depan petugas kesehatan,” sambungnya.

Untuk pelayanan di Kalinusu, bagi anak-anak mekanismenya juga adalah pemberian langsung atau minum di tempat dengan sendok plastik sekali pakai, dan juga dengan sendok besi yang telah disiapkan sebanyak 2 lusin.

“Untuk pemakaian pemberian obat dengan sendok besi, yaitu setelah digunakan sekali maka selanjutnya direndam dengan cairan disinfetan, kemudian cairan alkohol, dan baru digunakan kembali secara bergantian. Jadi tetap kita sterilisasi sesuai protokol kesehatan untuk mencegah penularan covid-19,” imbuhnya.

Dijelaskannya lanjut, filariasis ditularkan dengan perantaraan semua jenis nyamuk sebagai vektornya. Di Indonesia hingga saat ini hanya ada 6 provinsi yang bukan daerah endemis filariasis, yaitu DKI Jakarta, DIY, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Barat.

“Selain mengkonsumsi obat, pencegahan lainnya adalah pemberantasan sarang nyamuk dengan membersihkan lingkungan dan menutup bak penampungan air, serta menghindari gigitan nyamuk dengan repellent maupun tidur pakai kelambu,” tandasnya. (Aan)

Beri komentar :
Share Yuk !