KH Ilyas Muslim, Sang Juru Dakwah dari Pejagalan

Salah satu ulama panutan di Sokaraja Tengah pada masa itu adalah KH Ilyas Muslim (1894-1941). Ulama sekurun yang kerap singgah di rumah beliau antara lain Raden Mukhtar, KH Adzkiya Kroya, dan KH Zuhdi Leler. Dalam kiprahnya di Nahdlatul Ulama (NU), konon KH Ilyas Muslim dan KH Achmad Salimi sempat menghadiri Muktamar NU di Menes Banten pada tahun 1938.

“Semasa mudanya, KH Ilyas Muslim, KH Abdul Jamil Mersi, dan KH Masruri Kebumen ibarat tiga serangkai. Sebab, ke mana pun mereka mondok, mereka selalu bersama,” kata KHA Musallim, seperti dituturkan Slamet Basuki bin Jafar Shodiq.

Siapah sosok KH Muslim Ilyas dan kisah perjalanan hidupnya?

Berikut ini Akhmad Saefudin SS ME, Penulis Buku 17 Ulama Banyumas, menurunkan laporan yang dirangkum dan diolah dari berbagai sumber.

Adalah Nyai Hj Muhammad Arif dari Dusun Pejagalan, Sokaraja Tengah. Suatu malam ia bermimpi melihat cahaya benderang menyinari tanah pekarangan miliknya. Atas perihal mimpinya tersebut, ia memberanikan diri bertanya kepada dua orang ulama terpandang di waktu itu: KH Raden Muhammad Afandi dan Habib Idrus Al-Habsyi. Anehnya, kedua ulama yang ditanya tersebut memberikan jawaban serupa: mimpi itu pertanda jika di pekarangan miliknya akan berdiri sebuah masjid.

Adapun di dalam benak sang suami (HM Arif), tersimpan tekad kuat untuk berkiprah dalam dakwah Islam di masyarakat. Mengingat keterbatasan ilmu yang dimiliki, terpikir olehnya untuk mencari menantu yang alim dan bisa mulang ngaji. Ringkasnya, ia bermaksud mencari seorang santri alim untuk dijodohkan dengan putrinya yang bernama Siti Aminah.

Tak lamu kemudian, HM Arif pun menyampaikan keinginan tersebut kepada sanak famili dan kerabat. Ternyata, keluarga dan para kerabat mendukung cita-cita dan keinginan mulia tersebut. Maka, pencarian calon menantu bagi HM Arif pun dilakukan. Tugas itu diserahkan kepada dia adik HM Arif, yaitu H Abu Kholifah dan Ki Sanaim.

H Abu Kholifah dan Ki Sanaim segera bergerak cepat. Setelah melakukan investigasi, dua bersaudara ini pun menemukan sosok calon menantu bagi HM Arif. Sosok dimaksud adalah Ilyas Muslim bin KH Muhammad Yunus (Kauman, Sokaraja Tengah). Ilyas Muslim adalah santri muda yang baru saja pulang nyantri dari berbagai pesantren.

Dengan harap-harap cemas, H Abu Kholifah didampingi adik-adiknya menemui santri muda Ilyas Muslim dan menyampaikan keinginan kakaknya (HM Arif).

Pemuda Ilyas bersedia dijodohkan dengan Siti Aminah binti HM Arif dengan empat syarat. Di antara tiga syarat yang ia minta adalah: tidak disuruh berdagang, tidak disuruh bertani, dan tidak disuruh berkerja. Adapun syarat keempat, ia minta dibangunkan sebuah masjid untuk keperluan ibadah dan dakwah Islam. Keempat syarat tersebut dipenuhi oleh HM Arif dan keluarga. Maka, tak lama kemudian dilangsungkanlah pernikahan antara Ilyas Muslim dan Siti Aminah di Pejagalan Sokaraja Tengah (1924).

Rumah ibadah yang diminta oleh Kiai muda Ilyas selesai dibangun sekira tahun 1925, yang kemudian dikenal dengan sebutan Masjid Pejagalan (baca: Masjid Dalaailul Khoirot). Bangunan tersebut menjadi pusat kegiatan dakwah yang diinisiasi oleh KH Ilyas Muslim. Dalam mengurus dan memakmurkan masjid, KH Ilyas Muslim tidak bertindak seorang (single fighter) melainkan melibatkan banyak pihak. Selain itu, ada distribusi tugas bagi masing-masing seksi dalam kepengurusan masjid, mulai dari urusan penerangan, pengairan, dan lain sebagainya.

Pada zamannya, kegiatan dakwah di Masjid Pejagalan relatif lebih menonjol (baca: semarak) dibanding masjid-masjid lainnya. Almarhum KH Ilyas melakukan syiar dan dakwah Islam di Masjid Pejagalan sejak tahun 1925 hingga akhir hayat beliau, tepatnya pada 21 Januari 1941. Sepeninggal KH Ilyas, dakwah di Pejagalan diteruskan oleh KH Chalimi.

Kisah di Tanah Suci

Jika di telisik ke belakang, ternyata ada semacam isyarat bahwa antara KH Ilyas Muslim dan Nyai Siti Aminah itu akan berjodoh. Ketika keluarga HM Arif menunaikan ibadah haji, ternyata kedua calon mempelai sudah pernah bertemu di Tanah Suci.

Rombongan keluarga HM Arif yang menunaikan ibadah haji waktu itu ada HM Arif beserta istri, anak (Siti Aminah), adik-adik (Abu Kholifah, Nyai Qibtiyah), serta pasangan anak-menantu (Supinah-Yasin).
Setelah berhaji, Yasin berganti nama Chalimi dan dikenal sebagai KH Chalimi Pejagalan.

Dikisahkan, saat itu Siti Aminah sedang memasak dan tiba-tiba kompor yang digunakannya terbakar. Sosok yang menolong dan menyelamatkan Siti Aminah adalah Ilyas Muslim. Pada saat itu, pemuda Ilyas Muslim sudah menjadi badal (asisten) yang membantu seorang Syekh dalam mengurus kebutuhan dan akomodasi jamaah haji selama di Tanah Suci. Dengan kata lain, perjodohan antara pemuda Ilyas Muslim dan Siti Aminah sudah ada semacam tanda atau “alamat” sebelumnya.

Dari pernikahannya dengan Nyai Hj Siti Aminah, KH Ilyas Muslim dikaruniai tujuh orang anak: (1) Jafar Shodiq, (2) Achmad Muslih – Mrebet, (3) Abdul Mukti – wafat pada usia tiga tahun, (4) Abdul Basyir, (5) Imam Muttaqin, (6) Nafisah – istri Muhail, dan (7) Muhammad Mahbub – Sokaraja Kulon. (*)

Purwokerto, 10 Oktober 2020.

Referensi:
1. Catatan 71 Wafatnya KH Ilyas Muslim (2012).
2. Wawancara dengan Slamet Basuki, 8 Oktober 2020.
3. Wawancara dengan Luthfillah, 8-10 Oktober 2020.

Beri komentar :
Share Yuk !