KH Zainal Khoir, Kiai Kampung Lereng Gunung

KH Zainal Khoir (1919-1982) adalah putra sulung pasangan KH Syadzali dan Nyai Siti
Aminah, asal dari Gentasari Kedawung, Kroya. KH Syadzali memiliki lima orang putra: Zainal Khoir, Umi Ruqoyah (tinggal di Bajing Kroya), Hasan Bisri (menantu KHM Nuh Pageraji), Beng Ruqoyah, dan Marfu’ah.

Saat Zainal Khoir berusia dua tahun, kedua orang tuanya pindah dan selanjutnya menetap di Desa Dawuhan Wetan, Kecamatan Kedungbanteng. Menginjak remaja, pemuda Zainal belajar
di sejumlah pesantren, antara lain Pesantren Leler (Banyumas), Karangjati (Sampang), Muntilan, Rembang dan Bendo Pare Kediri.

Semasa nyantri di Leler, remaja Zainal nglajo pada pagi dan petang ke Karangjati untuk belajar kepada KHM Nuh.

Kiai Zainal mengakhiri masa lajangnya pada usia 27 tahun, dan menikahi Musrinah yang waktu itu baru berumur 12 tahun. Pasangan Zainal dan Musrinah dikaruiani tujuh orang anak: Ahmad Ridlo, Sorihah, Zainal Mustofa, Siti Sawamah, Munadzir, Siti Shohifah, dan Ahmad Rodi Nukman.

Semasa hidupnya, Kiai Zainal dikenal sebagai pelaku dakwah Islam di lereng Gunung Slamet. Seminggu sekali, yaitu setiap malam Ahad, Kiai Zainal memberikan pengajian dari kampung ke kampung. Untuk memberikan pencerahan kepada umat, Kiai Zainal harus berjalan kaki sampai wilayah Rabuk, Baseh,Kalisalak dan sekitarnya.

Jalanan berbatu naik-turun gunung dijalaninya dengan penuh ikhlas. Kegelapan sepanjang jalan pegunungan tersibak oleh nyala obor yang digenggamnya. Minggu berganti minggu, bulan dan tahun, Kiai Zainal dengan setia menyambangi jamaah yang butuh pencerahan.

Pada hari-hari biasa Kiai Zainal memberikan pengajian di Masjid Dawuhan Wetan. Belasan anak-anak remaja mengaji Qur’an dan kitab kuning setiap bakda Magrib dan Subuh. Kitab yang dikaji antara lain Safinah, Sulam Munajat, Sulam Taufik, Ta’limul Muta’allim, dan Fathul Qorib.

“Saya dan anak-anak waktu itu ngaji secara sorogan,” ujar Zainal Mustofa, putra ketiga almarhum.

“Sebelum belajar kitab kuning, anak-anak terlebih dulu belajar doa wudlu, doa salat, doa-doa harian dan kitab barzanzi,” kenang alumnus Pesantren Bendo itu.

KH Zainal Khoir berpulang ke haribaan Ilahi pada usia 63 tahun. Tepatnya, pada Jumat Manis 17 Ramadan 1402 atau 09 Juli 1982. (*)

Laporan:
AKHMAD SAEFUDIN SS ME,
Penulis Buku 17 Ulama Banyumas

Beri komentar :
Share Yuk !