Memaknai Hakikat Idul Fitri

Oleh : Warso Nugroho (*)

Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam. Kemenangan setelah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa, menahan lapar, haus serta hawa nafsu. Hakikat Idul Fitri adalah kembali ke fitrah atau suci. Diibaratkan seperti bayi yang baru lahir, suci tidak memiliki dosa serta salah.

Bagi bangsa Indonesia Idul Fitri juga momentum saling mempererat silaturahmi. Saling maaf dan memaafkan antar keluarga, tetangga teman dan kerabat menjadi kebiasaan yang menguatkan silaturahim khususnya sesama umat muslim.

Tradisi maaf memaafkan ini tidak lepas dari makna Idul Fitri itu sendiri. Kelapangan dada dan keikhlasan dalam Idul Fitri, ini yang membuat masyarakat Indonesia menyebutnya sebagai hari raya lebaran (lebar luar yang berarti saling memaafkan).

Tradisi saling berkunjung dan bersilaturahim dengan keluarga, tetangga dan kerabat ini bahkan tidak ditemukan di negara lain. Setelah salat Ied mereka merayakan hanya dengan keluarga sendiri. Sangat jauh berbeda dengan di Indonesia yang merayakan Idul Fitri dengan masyarakat luas. Saling menyambung silaturahim dan saling mengakui kesalahan.

Alasan kuatnya menyambung silaturahim inilah yang kemudian menjadi tradisi mudik. Mereka yang bekerja di luar kota berbondong-bondong pulang ke kampung halaman untuk bertemu dan bersilaturahim dengan keluarga. Bahkan bagi yang tidak bisa mudik karenq tidak kebagian tiket dan lainya, akan dilakukan pasca lebaran.

Akan tetapi tradisi mudik ini tidak bisa dilakukan oleh para perantau atau mereka yang bekerja diluar kota karena pada dua labaran terakhir pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Akan tetapi ini tidak mengurangi makna Idul fitri dan keinginan untuk tetap menyambung silaturahim dengan keluarga dikampung halaman. Tradisi mudik dan bersilaturahim dikakukan secara virtual melalui Video call.

Berbagai kuliner khas lebaranpun dibuat masyarakat Indonesia untuk menyambut Idul Fitri. Opor ayam, ketupat, dan berbagai macam kue khas lebaran lainya. Makanan ini pun tidak hanya sebatas makanan, akan tetapi mempunyai filosofi tersendiri. Seperti kupat misalnya yang mempunyai arti “ngaku lepat” yang dalam bahasa Indonesia berarti mengaku salah. Pada hari Idul Fitri Ini kita mengaku salah dan meminta maaf dengan segala kerendahan hati. Tentu ini memiliki arti yang sangat mendalam dalam memaknai hakikat Idul fitri itu sendiri.

Dalam tradisi masyarakat Indonesia, Idul Fitri ini tentu menjadi sarana yang sangat baik, untuk menyatukan kesalehan Individu dan kesholehan sosial. Kesalehan pribadi karena setelah sebulan penuh dikarantina di bulan ramadhan, sehingga diharapkan setelah selesai Ramadan bisa menjadi manusia yang lebih baik, serta menjadi manusia yang bertaqwa.

Kesalehan sosial karena pada hari raya Idul Fitri ini ada tradisi untuk saling memberi dan berbagi kebahagiaan. Islam juga mengajarkan sebelum hari Idul Fitri untuk mengeluarkan zakat fitrah sebagai salah satu bentuk wujud kesholehan sosial seorang hamba.

Semoga lebaran tahun depan Bangsa Indonesia sudah lepas dari pandemi corona, sehingga bisa memaknai hari Raya Idul Fitri dengan sempurna dan penuh dengan kegembiraan.

Penulis

Warso Nugroho

Ketua Ranting Ansor Klahang, Sokaraja

Beri komentar :
Share Yuk !