Pariwisata Ajang Balas Dendam di Era New Normal

Masyarakat Indonesia diprediksi bakal membanjiri tempat wisata jika pemerintah mencabut pembatasan sosial atau menyatakan Indonesia bebas kasus Covid-19.

Namun tren yang disebut sejumlah kalangan sebagai revenge tourism atau wisata balas dendam itu dinilai bisa kontraproduktif. Tourism dianggap belum bisa bergulir normal jika vaksin Covid-19 belum ditemukan, seperti dilansir dari BBC news.

Tahun 2020 ini dihadirkan banyak kejutan, salah satunya dengan adanya virus Covid-19 yang membuat resah masyarakat. Sejak awal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan (kemenkes) masyarakat banyak dibatasi ruang geraknya. Pasalnya hal itu dilakukan demi kesejahteraan bersama. Jika tidak diadakan PSBB ini maka penyebaran virus Covid-19 akan terus menyebar.

Walaupun sudah diterapkan masa new normal namun hal itu belum bisa dipungkiri untuk sektor pariwisata secara bergulir membuka kembali destinasi wisata. Hal ini dikarenakan pada pembagian zona virus Covid-19 di masing-masing daerah. Selagi virus itu masih ada kemungkinan besar di setiap daerah akan sangat mengkhawatirkan penyebaran virus ini terjadi secara cepat dan drastis. Maka dari itu perlunya vaksin untuk sarana pencegahan penyebaran virus Covid-19.

Masa PSBB dilakukan secara intens selama 14 hari. Awalnya kegiatan PSBB ini dimulai dari akhir bulan April sekitar tanggal 22 April hingga 5 Mei 2020. Namun seiring perkembangan kurva peningkatan jumlah pasien yang terpapar virus Covid-19 ini semakin meningkat. Hal itu membuat pemerintah mengusung kebijakan baru mengenai perpanjangan kegiatan PSBB hingga akhir bulan Mei 2020.

Pandemi Covid-19 membuat banyak orang mengalami kejenuhan di tengah penerapan pembatasan sosial. Adanya musibah ini yang paling terkena dampaknya ialah pada sektor pariwisata. Terutama pada orang-orang yang sering melakukan perjalanan wisata. Orang-orang yang telah menysun waiting list dengan terpaksa harus menunda perjalanan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Walau pembatasan sosial masih berlaku, namun tidak jarang orang-orang membincangkan rencana jalan-jalan. Disisi lain masyarakat yang meiliki rencana jalan-jalan teetap was-was akan kondisi ini. Sebagian besar dari mereka akan memilih tetap menunggu adanya vaksin setelah pembatasan sosial dicabut.

Keinginan untuk segera berplesir juga diutarakan Dewi, pejalan asal Semarang, Jawa Tengah. Dia berharap pandemi Covid-19 bisa segera berlalu agar rencana berpergian keluar negeri, September mendatang, berjalan sesuai rencananya. (dilansir dari BBC News)

“Kalau Agustus atau September sudah tidak ada kasus positif lagi, mungkin saya akan merealisasikan rencana perjalanan itu,” ucap Dewi.

Niat membalas masa karantina diri di rumah dengan berwisata merupakan hal wajar, menurut Muhammad Arif Rahman, pemilik jasa perjalanan Whatravel” (dikutip dari BBC News)

Kemudian disusul kebijakan baru yang mengusung era New Normal ditengah pandemi. Pembatas ruang gerak mulai melonggar dan bebarapa stakeholder mulai menjalani kembali aktifitas yang sempat terjeda. Salah satunya pada beberapa sektor pariwisata yang membuka kembali destinasi wisata dengan pertimbangan zona daerah dan protokol kesehatan. Pasalnya setelah pembatasan pergerakan fisik terbatas dirumah selama berminggu-minggu membuat sebagain besar masyarakat mengalami kejenuhan.

Setelah diterapkannya era New Normal ini setiap orang secara alamiah ingin menikmati suasana baru dan menghirup udara segar yang kemudian memunculkan istilah Revenge tourism yang dianggap karena banyak orang yang sudah jenuh didalam rumah dan melakukan kegiatan berpergian adalah salah yang ingin mereka lakukan entah hanya sekedar makan di restoran, nonton bioskop atau sekedar menimati udara segar ditaman.

Jika dilihat menurut kacamata penulis, secara pribadi setuju dengan dibukanya kembali sektor pariwisata yang tentunya mengutamakan keadaan dari zona wilayah tersebut. Selain itu diterapkannya protokol kesehatan sejauh ini berjalan dengan lancar. Jadi tidak masalah jika sektor pariwisata mulai bangkit kembali. Meski kecenderungan reverenge tourism ini terjadi namun mereka tidak serta merta akan pergi ke destinasi yang juah selagi vaksin belum ditemukan. (*)

Oleh:
Sekar Kinanthi Setyawan
Mahasiswi D4 Jurusan Bisnis Perjalanan Wisata
Universitas Gadjah Mada

Beri komentar :
Share Yuk !