Kondisi Museum Saat Pandemi

Penulis : Nurasiyah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Prodi : Management
Unsoed

Pada saat ini, dunia sedang menghadapi masalah yang masih belum terselesaikan. Berawal dari 1 tahun yang lalu yaitu munculnya suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh sebuah virus, virus itu disebut virus corona atau yang akrab disebut Covid 19, hampir dalam semua aspek yang ada didalam kehidupan mengalami masa sulit dan menghadapi perubahan-perubahan yang diharuskan untuk terjadi dimana semakin hari kondisi itu mengkhawatirkan bagi seluruh masyarakat dunia.

Saat kemunculan Covid 19 dan keadaan semakin memburuk, dalam dunia perekonomian semakin melemah, hubungan sosial semakim menurun karena kurangnya interaksi secara langsung karena semua orang diwajibkan stay at home.

Semua orang telah merasakan dampaknya dari Covid 19 ini, terutama dalam bidang perekonomian baik bisnis, pemasaran jasa dan yang lainnya. Kita harus siap bahkan dipaksa siap untuk menghadapi perubahan yang terjadi akibat dari adanya pendemi Covid 19 termasuk juga sektor pariwisata seperti museum.

Museum adalah sebuah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Oleh karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis untuk melakukan sebuah observasi dan juga penelitian, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Sejak tahun 1977 setiap pada tanggal 18 Mei diperingati sebagai Hari Museum Internasional. Keberadaan museum sangatlah penting karena memiliki tanggung jawab dan fungsi untuk melestarikan, membina, sekaligus mengembangkan budaya masyarakat baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Melalui sebuah pesan-pesan yang dirangkai lewat display dan ruang pameran, museum di Indonesia berfungsi sebagai sarana komunikasi dan jembatan penghubung yang dapat memicu kesadaran dan pengetahuan bagi seluruh masyarakat.

Keberadaan sebuah museum di Indonesia sendiri menjadi sangat penting mengingat museum tidak hanya memiliki fungsi sebagai pelindung benda cagar budaya, melainkan juga sebagai tempat pembentukan ideologi, disiplin, dan pengembangan pengetahuan bagi publik. Hal itu juga ditegaskan dalam kode etik ICOM, “Museum memiliki tugas penting untuk mengembangkan peran pendidikan dan menarik pengunjung lebih luas dari kalangan masyarakat, lokalitas, atau kelompok yang dilayaninya”. Interaksi dengan masyarakat pendukung dan pembinaan serta promosi warisan yang diampunya merupakan bagian integral dari pendidikan yang harus dilaksanakan oleh museum.

Tatapi sejak kasus Covid 19 muncul di indonesia masyarakat dilarang berinteraksi dan harus social distancing, para masyarakat dilarang berkerumun karena Covid 19 sehingga museum tidak memiliki pengunjung sebab Covid 19 pada masa awal pandemi Covid-19, nyaris semua museum di dunia tutup hingga jangka waktu yang tidak ditentukan. Bahkan, tidak sedikit yang berpikir museum mereka akan tutup permanen. Kondisi kini sedikit membaik. Sejumlah museum kembali dibuka dan program untuk publik bisa diakses secara daring. Akibat pandemi Covid-19, nyaris sepertiga museum berencana mengurangi anggota stafnya. Lebih dari sepersepuluh museum menghadapi kemungkinan tutup permanen.

Akan tetapi sekarang teknologi sudah canggih sehingga kita bisa memanfaatkan internet dan media sosial sebagai sarana komunikasi. Dalam sebuah Diskusi terpumpun bertajuk “Inovasi Teknologi Digital dalam Layanan Museum di Masa Pandemi Covid-19” yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengungkap berbagai tantangan dan inovasi yang dilakukan para pengelola museum selama masa pandemi. Peneliti Ahli Muda, Puslitjak, Balitbangbuk, Irna Trilestari menyorot beberapa sajian virtual beberapa museum yang dinilainya masih kurang komunikatif dan ada distorsi “Pesan yang diinginkan tidak sampai. Maka museum harus bersinergi dengan semua stakeholders. Biasanya, pemangku kepentingan akan senang hati kalau museum membutuhkan mereka,” kata Irna dalam diskusi yang berlangsung di Jakarta, Kamis (12/11).

Dengan adanya teknologi digital sebagai inovasi menjadi sebuah solusi untuk saat ini dalam menghadapi masa pendemi sehingga museum tidak tutup permanen dan museum masih bisa berfungsi untuk melayani kebutuhan publik, pendidikan, dan juga kebutuhan studi lainnya melalu virtual misal dengan menggunakan Gmeet, zoom dan aplikasi virtual lainnya. (*)

Beri komentar :
Share Yuk !