Pendidikan Multikultural Penangkal Kasus Bullying SARA

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dengan beragam budaya. Menurut Data Direktorat Sekolah Menengah Pertama (2021) Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok suku dan lebih tepatnya berjumlah 1.340 suku bangsa. Indonesia juga memiliki beberapa agama yang diakui yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan juga Konghucu.

Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia dapat dikatakan sebagai multikultural. Multikultural di Indonesia diibaratkan sebagai trapestry atau hiasan dinding yang indah dengan beragam warna menjadi satu.

Multikultural di Indonesia dapat menjadi indah apabila masyarakat memiliki nilai toleransi. Toleransi menjadi dasar penting untuk menciptakan kesatuan atau integrasi bangsa.

Namun, apabila sikap toleransi tidak diterapkan di Indonesia maka banyaknya keragaman di Indonesia dapat mengakibatkan perpecahan atau disintegrasi bangsa. Pentingnya nilai toleransi perlu dikembangkan dalam masyrakat Indoneisa. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan multikulturalisme.

Indonesia pada tahun 2017 dikejutkan dengan berita viral mengenai kasus bullying atau perundungan disekolah karena perbedaan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).

Dilansir dari halaman berita Merdeka.com korban dibully karena perbedaan keyakinan dan bukan berasal dari pribumi atau golongan lain (Prasetya, 2017).

Pembullyian yang dilakukan oleh teman-teman sekelasnya membuat korban trauma hingga tidak ingin berangkat kesekolah dan ingin pindah sekolah. Korban mengalami bully dalam bentuk verbal maupun non verbal.

Kasus perundungan yang terjadi disekolah akibat perbedaan SARA menunjukkan bahwa sekolah belum mampu menerapkan pendidikan multikulturalisme yang baik. Hal ini juga menjadi salah satu alasan penting untuk menerapkan pendidikan mutlikulturalisme di lingkup sekolah.

Pendidikan multikulturalisme adalah pembelajaran yang mengutamakan, mempelajari dan menerapkan pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai sesama manusia. Pendidikan multikulturalisme dapat diimplementasikan dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bimbingan Konseling dan kegiatan ektrakulikuler di sekolah.

Pendidikan multikulturalisme di Indonesia masih harus ditingkatkan dan diperhatikan lebih serius oleh pihak sekolah. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan sikap toleranasi saling menghargai dan menghormati adanya perbedaan. Melalui penerapan pendidikan multikulturalisme di sekolah diharapkan dapat meminimalisir kasus bullying dan kasus lainnya akibat perbedaan SARA.

Pihak sekolah seperti kepala sekolah dan guru juga harus cepat tanggap dan tidak meremehkan keluhan siswa mengenai ejekan ujaran kebencian terhadap siswanya. Pihak sekolah memiliki peran yang cukup besar dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural.

Pendidikan multikulturalisme di Indonesia dapat dilakukan dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Siswa tidak hanya menghafal Pancasila namun diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika juga bukan hanya semboyan yang dipasang di dinding sekolah namun diimplementasikan oleh siswa. Penerapan nilai-nilai Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat berupa adanya fasilitas tempat ibadah yang lengkap.

Kemudian, dalam setiap masing-masing perayaan hari besar umat beragama juga diharapkan dapat saling membantu menjalankan kegiatan acara tersebut. Siswa juga dibebaskan untuk memilih dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Daftar Pustaka

Data Direktorat Sekolah Menengah Pertama. (2021). Indahnya Keberagaman dan Pentingnya Toleransi di Indonesia. doi:https://ditsmp.kemdikbud.go.id/indahnya-keberagaman-dan-pentingnya-toleransi-di-indonesia/

Prasetya, E. (2017). Miris aksi bully bernada SARA di sekolah dasar. doi:https://www.merdeka.com/peristiwa/miris-aksi-bully-bernada-sara-di-sekolah-dasar.html

Penulis : Firli Weli Waldiyanti

Mahasiswa Magister Sosiologi Unsoed

Beri komentar :
Share Yuk !