Syekh Jumadil Kubro, Leluhur Wali Songo

Tak dapat dipungkiri, dakwah Islam di negeri ini tak bisa dilepaskan dari peran Wali Songo. Mengutip H Sayid Husein Al-Murtadho dalam “Keteladanan dan Perjuangan Wali Songo” (1999: 28), banyak kalangan menyebut bahwa Wali Songo adalah nama sebuah dewan dakwah atau dewan mubalig pada masanya.

Jika salah satu anggota dewan tersebut pergi atau meninggal dunia, masih menurut Sayid Murtadho, maka ia akan digantikan oleh Wali lainnya. Adapun sembilan nama dari Wali Songo yang dikenal luas di masyarakat adalah: Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Jati.

Jika ditelisik, ternyata ada mubalig di Tanah Jawa yang lebih dulu berdakwah sebelum generasi Wali Songo tersebut di atas. Salah satu di antaranya adalah Maulana Jamaluddin Akbar Al-Husein alias Syekh Jumadil Kubro. Petilasan Makam Syekh Jumadil Kubro tersua di Jalan Raya Pantura, Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, tepatnya sebelah timur exit tol Tanjung Mas (TribunJateng.com, 5/3/2020).

Berikut ini gambaran seputar Syekh Jumadil Kubro, yang penulis rangkum dari berbagai sumber.

Sosok kelahiran tahun 1270 ini adalah putera Syekh Maulana Ahmad alias Syah Jalal, seorang bangsawan dari Nasirabad (India). Leluhurnya, Syekh Muhammad Shahib Mirbath berasal dari Hadramaut. Jika dirunut ke atas, beliau termasuk trah dari Imam Jafar Shodiq, yakni generasi keenam dari Rasulullah SAW.

Dikisahkan, setelah pensiun dari jabatan Gubernur Deccan (India), Syekh Jumadil Kubro berdakwah keliling dunia. Wilayah yang pernah dirambahnya antara lain Maghribi (Maroko), Samarqand (Uzbekistan), Kelantan (Malaysia), sejumlah daerah di Pulau Jawa hingga Gowa (Sulawesi Selatan).

Mengutip DH Ma’shum dalam “Silsilah Jaka Tingkir” (2015), Maulana Jamaluddin Akbar Al-Husein setidaknya menurunkan empat orang putra, yakni: (1) Maulana Ishaq, (2) Maulana Ibrahim As-Samarqandi, (3) Maulana Ali Nuruddin alias Nurul Alam, dan (4) Maulana Zainul Barebat alias Zainul Alam.

Dari anak-anak Syekh Jumadil Kubro inilah kemudian muncul para mubalig generasi Wali Songo.

Dari pernikahannya dengan Dewi Sekardadu, Syekh Maulana Ishaq menurunkan Dewi Sarah dan Maulana Ainul Yaqin. Di kemudian hari, Dewi Sarah diperistri oleh Raden Mas Said alias Sunan Kalijaga. Adapun sosok Maulana Ainul Yaqin lebih dikenal sebagai Raden Paku alias Sunan Giri.

Dari istri yang lain, Syekh Maulana Ishaq menurunkan: Maulana Abdul Qodir alias Syekh Dzatul Kafi, Sayyidah Shufiyyah (menjadi istri Sunan Drajat), dan Maulana Abdullah Faqih Syihabuddin. Nama lain Maulana Abdullah Faqih adalah Pangeran Pandanarum (alias Arya Pengging atau Kebo Kenongo). Arya Pengging inilah yang menurunkan Sayyid Abdurrahman alias Jaka Tingkir (Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya). Dari garis inilah berlanjut hingga generasi KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Adapun Syekh Maulana Ibrahim As-Samarqandi berputrakan: Sayyid Ali Rahmatullah alias Raden Rahmat (Sunan Ampel) dan Sayyid Ali Murtadho alias Raden Santri.

Sementara itu, Syekh Maulana Ali Nuruddin alias Syekh Nurul Alam menurunkan: Maulana Abdullah Imaduddin yang menjadi Sultan di Mesir. Dari garis ini selanjutnya lahir Maulana Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunungjati dan Syarif Nurullah (meneruskan tampuk Kesultanan di Mesir).

Dan, dari garis Maulana Zainul Barebat alias Syekh Zainul Alam lahirlah sosok yang dikenal sebagai Maulana Malik Ibrahim (Syekh Maulana Maghribi alias Sunan Gresik).

Dari uraian di atas, diketahui bahwa Syekh Maulana Ibrahim dan Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah dua nama yang berbeda; yang pertama adalah paman, dan yang kedua keponakan.

Akhmad Saefudin SS ME


Beri komentar :
Share Yuk !