Menikmati Olahan Menu Belut di Desa Tejasari Kecamatan Kaligondang

OLAHAN BELUT: Olahan Belut di BUMDes Rumah Makan Sawah Datar Desa Tejasari, Kecamatan Kaligondang

PURBALINGGA – Hamparan sawah terlihat menghijau saat Banyumas Ekspres mengunjungi Desa Tejasari Kecamatan Kaligondang Purbalingga. Ratusan hektar sawah itu, tidak hanya menyuguhkan pemandangan indah, namun menjadi sumber pendapatan dan pangan bagi warganya. Tidak mau menyianyiakan potensi tersebut kini Desa Tejasari melalui BUMDES Berkah Sari menggarap Wisata Sawah dan Rumah Makan dengan menu olahan khas belut.

KadesTejasari Suyatno mengungkapkan, BUMDes baru berdiri dua tahun lalu. BUMDes memiliki dua unit usaha, pertama bidang peternakan, dan kedua wisata. Karena terdampak pandemi, untuk pariwisata dihentikan sementara. Dari unit wisata tersebut hanya Rumah Makan Sawah Datar Kusuma Sari yang saat ini beroperasi.

Di Tejasari sendiri terdapat 120 hektare lahan sawah. Ini belum termasuk sawah dari desa desa di sebelahnya, seperti Desa Cilapar dan Lamuk. Desa tersebut juga memiliki sawah yang sangat luas. Hal itu menjadikan habitat belut berkembang biak sangat baik.

” Kami berinisiatif membuat rumah makan, yang menu utamanya adalah olahan belut,” ujar Suyatno.

Hasil tangkapan belut dari petani yang biasanya dijual ke pasar, saat ini bisa dipasarkan melalui rumah makan yang dikelola BUMDes.

Di Desa Tejasari juga terkenal dengan musim tangkap belut. Musim itu biasanya pada saat awal pengolahan sawah, atau masa persiapan tanam, hingga masa panen. Sedangkan kekosongan belut terjadi pada saat pasca panen.

Namun para pecinta kuliner belut tidak perlu khawatir, sebab pengelola rumah makan sudah bekerjasama dengan sejumlah desa penghasil belut. Bahkan kerjasama tersebut hingga wilayah Jawa Barat, Cilacap dan Pemalang. ” Kalau di sini sedang kosong, nanti kita pesan ke desa lain yang sedang musim belut,” terangnya.

kades tejasari
Kades Tejasari, Suyatno

Bulan September ini, merupakan musim tanam, sehingga stok belut cukup melimpah.

Lebih lanjut diungkapkan, setelah diluncurkan kuliner khas olahan belut respon masyarakat dan konsumen sangat baik. Begitu pula dari para petani penangkap belut. Sebab mereka tidak perlu menjual jauh-jauh ke luar daerah. tetapi saat ini justru konsumen yang datang ke Tejasari.

“Di tingkat desa juga sudah ada pengepul, dan nantinya dikirim ke rumah makan. Tentunya dengan harga yang standar dan sesuai harga di pasaran,” tambahnya.

Di Tejasari jumlah petani pencari belut saat ini terdapat sekitar 35 orang, dengan jumlah pengepul sebanyak lima orang. Rata- rata penampung atau pengepul setiap harinya bisa mengumpulkan hingga 10 kg belut. ” Jika sedang musim, tiap hari pasti ada,” terangnya.

Setelah rumah makan bisa berjalan, kedepan juga akan dilakukan pengembangan, nantinya juga akan dibuat pasar desa belut. Sehingga warga yang berkunjung bisa membeli baik yang masih hidup, sudah dalam bentuk olahan matang, ataupun untuk makan di tempat. Terkait persiapan pasar desa belut, pihak desa juga sedang menyiapkan sedikitnya empat unit kios.

Sementara itu untuk wisata sawah yang disediakan yaitu, jembatan bambu yang melintasi sawah, dan rumah makan. Rencana pembangungan selanjutnya yaitu embung untuk penampungan air, kolam bermain anak, dan jalan wisata sawah untuk olah raga bersepeda di tengah sawah.

” Saat ini sudah diawali dengan jembatan bambu, untuk track atau jalur sepeda sudah dipersiapkan,” terangnya.

Sebagian jalan sudah dibuat namun belum permanen. Pembangunan wisata sawah ditargetkan selesai hingga tiga tahun sampai empat tahun. Pihaknya juga tidak hanya mengandalkan dana desa, namun juga bekerjasama dengan pihak ketiga.

Setelah jalur sepeda jadi, nantinya juga disediakan sewa sepeda bagi pengunjung yang ingin berkeliling menikmati pemandangan hijaunya sawah. Tak hanya itu Desa Tejasari juga bekerjasama dengan desa tetangga, dimana desa tetangga juga akan membuat taman sebagai salah satu spot kunjungan.

Wisata desa dan rumah makan olahan belut saat ini juga menjadi tempat atau pilihan lokasi untuk rapat. Bahkan dari Dinpermades juga sudah melakukan kunjungan dan kegiatan rapat di tempat tersebut. Selain itu Bupati juga sudah berkunjung dan melakukan rapat di rumah makan tersebut.

Optimalisasi yang akan dilakukan kedepan yaitu menambah panggung untuk pertunjukan seni. Apalagi Desa Tejasari juga memiliki beberapa kelompok atau grup kesenian. Kesenian yang ada, diantaranya tek-tek, kudalumping dan calung.

Tahun anggaran 2021 juga diberikan bantuan sarana prasrana untuk kesenian calung dan kudalumping. Dengan dilengkapi panggung, harapannya nantinya bisa menghibur pengunjung yang datang.

Salah satu pihak ketiga yang saat ini bekerjasama yaitu Telko Desa atau satelit internet desa. dan rencananya November sudah launching. Telko Desa sendiri menyediakan jasa layanan internet, sehingga warga bisa mengakses melalui Telko Desa.

Suyatno mengungkapkan, pihak desa sifatnya mensuport agar BUMDes bisa menghasilkan laba, yang nantinya bisa menambah kas desa. Dengan aset desa yang bertambah, maka bisa mendorong kesejahteraan rakyat.

Pandemi Penjualan Belut Menurun

Suyatno mengungkapkan, sejak pandemi, kunjungan ke rumah makan memang menurun dan sangat jauh berbeda dibandingkan kunjungan pada hari biasa.

Sebelum pandemi, penjualan per hari bisa 15 kg- 20 Kg olahan belut. Namun saat pandemi hanya kisaran 3-5 Kg saja. Apalagi pertemuan pertemuan dan rumah makan juga dibatasi.

” Kami sempat kewalahan mendapatkan stok, nah kemudian kita mencari ke berbagai daerah termasuk Pemalang dan Cilacap,” ujar Kades.

Namun saat ini dengan PPKM level 3, sedikit demi sedikit pengunjung mulai datang. Sebelumnya bahkan banyak pengunjung dari Purwokerto.

Pihanya berharap agar pandemi bisa segera berlalu, sehingga Desa Tejasari bisa kembali menata berbagai program pembangunan yang sedang disiapkan. (Sakur)

Beri komentar :
Share Yuk !