Bun Upas Dieng Muncul Lebih Awal Akibat Atmosfer Kering

Bun upas atau frost di Dieng (dok Banyumas Ekspres 2020)

BANJARNEGARA – Atmosfer yang kering tanpa awan membuat bun upas pada tahun ini terjadi lebih awal. Bun upas ini menarik bagi wisatawan. Namun merugikan bagi petani kentang di Dieng. Sebab bisa membuat tanaman layu dan akhirnya mati.

Kasi Datin Staklim BMKG Semaarang Iis Widya Harmoko mengatakan pada tahun ini bun upas terjadi lebih awal. Bun upas ini terjadi saat kemarau. “Tahun ini awal Mei mulai muncul,” ungkapnya, Kamis (20/5).

Dia mengatakan bun upas ini terjadi karena fenomena atmosfer yang kering. “Curah hujan berkurang, awan yang sangat jarang sekali. Saat kemarin terjadi, saya cek di satelit awannya tipis, bahkan clear. Tidak ada awan sama sekali,” paparnya.

Dia mengatakan, awan dan bun upas terkait erat. Bun upas ini terjadi pada musim kemarau. Masyarakat menyebutnya dengan bediding atau hawa dingin pada musim kemarau. “Saat bun upas kemarin terjadi, tidak awan. Sehingga terjadi pelepasan panas dari bumi tidak dipantulkan kembali oleh awan,” terangnya.

Dari pengukuran AWS di Pandanarum, menjelang dini hari suhu antara 3 – 4 derajat Celcius. “Karena kebetulan, alat pengukuran kami disitu. Tidak semua tempat dipasangi, alat pengukur suhu,” ungkapnya.

Suhu ini diukur pada ketinggian 120 centimeter dari permukaan tanah.
Kepala Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Slamet Budiono mengatakan bun upas terjadi lebih awal tahun ini, meskipun lebih tipis. Menurut dia, bun upas terjadi ketika suhu udara pada dini hari sangat dingin.(drn)

Beri komentar :
Share Yuk !