Desa Kalilunjar Berebut Tumpeng Raksasa

BANJARNEGARA – Warga Desa Kalilunjar Kecamatan Banjarmangu berebut tumpeng raksasa setinggi tujuh meter tujuh centimeter di Pendopo Purwosari desa setempat, Rabu (24/8) siang.

Desa Kalilunjar didirikan oleh Ki Candra seorang prajurit terpilih Pangeran Diponegoro pada tahun 1833. Saat itu, dia berteduh di bawah Pohon Genggong. Pohon itu telah mati dan yang tersisa akarnya.

Selain tumpeng raksasa, kegiatan lain diantaranya tumpeng tertinggi, Kirab Boyong Oyod Genggong, Tari boyong Oyod Genggong, Ruwat Bumi dan pementasan Wayang.

Kepala Desa Kalilunjar Kecamatan Banjarmangu Slamet Raharjo mengatakan kegiatan ini dilaksanakan untuk menyatukan masyarakat. “Yang unik, dilaksanakan Kirab Boyong Oyod Genggong pusaka peninggalan sejarah dari kelurahan lama sampai sekarang ditempati dan juga ada tumpeng tertinggi,” kata dia.

Karena tingginya yang tidak biasa, untuk menjangkau puncak tumpeng harus naik tangga. Sebelum diperebutkan warga, Slamet Raharjo naik ke puncak dan mengambil uang yang telah disiapkan untuk dibagikan ke warga. Kemudian tumpeng diperebutkan dan disantap untuk warga. “Kita cinta NKRI. Tinggi tumpeng sesuai HUT RI yaitu yang ke 77 tahun,” ungkapnya. Adapun jumlah uang yang dilempar dan diperebutkan itu senilai Rp 1,3 juta, untuk warga yang beruntung.

Slamet Raharjo mengatakan Oyod Genggong merupakan akar dari Pohon Genggong. Pohon yang wujudnya seperti gong. Pohon besar yang wujudnya gong. “Gede seperti gong jadi orang sini menyebut Genggong,” ujarnya.

Seorang warga Muslih mengaku senang karena mendapat uang Rp 20 ribu. “Mau buat jajan anak. Terus dapat kupat tumpeng dimakan bareng warga dan keluarga,” ungkapnya.

Warga lainnya Mikem mengaku senang mengikuti kegiatan ini. “Dapat sayur kacang panjang, kangkung, nasi kuning, nasi merah, nasi putih untuk dimakan bareng-bareng keluarga,” kata dia.(drn)

Beri komentar :
Share Yuk !