Tanggul Irigasi Banjarcahyana Jebol, 5.000 Hektare Sawah Terancam Kekeringan

BANJARNEGARA – Irigasi teknis Banjarcahyana jebol di Dusun 3 Curug Wetan Desa Kincang Kecamatan Rakit, Kamis (21/7) pagi. Dampak langsung dari jebolnya tanggul, puluhan kolam warga kebanjiran. Kerugian mencapai ratusan juta Rupiah. Dampak pasca kejadian, 5.000 hektar sawah terancam kekeringan.

Sekdes Kincang Kecamatan Rakit Suparmin menjelaskan dampak langsung dari kejadian ini, ada 28 kolam yang kebanjiran. Sehingga ikannya hanyut terbawa banjir.

“Kerugian ditaksir Rp 350 juta,” kata dia diwawancarai di Balai Desa Kincang Kecamatan Rakit. Menurut dia, irigasi di lokasi tersebut mengalami kebocoran sejak lama. Sebelumnya, juga pernah jebol.“Dampak susulan dari jebolnya tanggul akan sampai ke Karanggedang, Bukateja sampai Kemangkon berpotensi kekeringan,” jelasnya.

Pelaksana Koordinator Kelompok Pengelola Serayu Hulu di Banjarcahyana, Nadhir menjelaskan jebolnya tanggul diawali dari kebocoran kecil. “Berawal dari rembesan, kita sudah tangani. Tapi lama kelamaan, namanya kebocoran tidak terdeteksi. Akhirnya jebol tadi pagi,” jelasnya.

Tanggul di lokasi tersebut pada tahun 1998 juga jebol di sisi kanan. Kemudian dilakukan penebalan tanggul di sisi sebelah kanan. Kondisi ini membuat aliran air mengarah ke sebelah kiri. Tanggul yang jebol ini berada di sebelah kiri. Menurut dia, kondisi irigasi mengalami pelambatan arus karena adanya sedimentasi di bagian bawah. Sehingga menambah tekanan air ke bawah.

Agar tidak terjadi kekeringan, pihaknya akan melakukan penanganan darurat dengan mengurug tanggul yang jebol menggunakan kandi diisi tanah. Dia mengatakan pada bulan September – Oktober akan dilakukan pengeringan dua bulan.

Perbaikan tanggul akan dikerjakan saat pengeringan. “Sekarang sedang dalam tahap lelang di Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Jogjakarta,” terangnya.

Dikatakan, dampak dari jebolnya tanggul 5.000 hektar lahan sawah dan kolam di Banjarnegara sampai Purbalingga kering. Dia berharap penanganan darurat bisa dilakukan dalam sepekan. Sehingga air bisa kembali mengalir. Menurutnya, irigasi teknis ini berusia sekitar satu abad. “Dibangun sekitar 100 tahun yang lalu oleh Belanda. Tahun 1998 pernah jebol di sisi kanan. Sekang yang kiri,” terangnya.

Terkait kerugian, menurut dia tidak ada ganti rugi. “Bencana alam, jadi kita tidak bisa mengantisipasi seperti itu. Ganti rugi dari irigasi tidak ada sampai arah situ,” paparnya.(drn)

Beri komentar :
Share Yuk !