Ahmad Tohari Dorong Pelestarian Kebudayaan Banyumas untuk Membangun Demokrasi yang Egaliter

PURWOKERTO – Budayawan senior Banyumas Ahmad Tohari mendapat kesempatan untuk menyampaikan pidato budaya pada puncak Dies Natalis Institut Teknologi Telkom Purwokerto ( ITTP) yang ke 21 di kampus ITTP Purwokerto Minggu 28 Mei 2023.

Ahmad Tohari, yang juga seorang penulis terkenal asal Banyumas, menggugah kesadaran akan pentingnya melestarikan kebudayaan Banyumas dalam membangun masyarakat yang demokratis dan egaliter. Dalam pidatonya, Tohari menekankan bahwa usia ITTP yang memasuki usia 21 tahun adalah masa yang penting dalam membentuk kepribadian dan menghadapi masa depan.

Pidato Ahmad Tohari membuka dengan pertanyaan tentang identitas orang Banyumas. Menurut penelitian antropolog Muller, orang Banyumas berasal dari Kalimantan Timur sekitar 1000 tahun yang lalu. Mereka adalah subbangsa Jawa dengan kekhasan bahasa Ngapak yang unik. Pengucapan huruf “k” pada akhir kata menjadi ciri khas yang membedakan orang Banyumas.

Gregorius Mujanto, seorang peneliti, menyatakan bahwa bahasa Banyumas adalah kelanjutan dari bahasa Jawa Kawi atau Jawa Kuno, yang ditandai dengan ciri vokal “a” dan tidak memiliki kasta. Hal ini disebabkan oleh tradisi Budha yang mendahului agama-agama lain di daerah tersebut. Borobudur, situs bersejarah yang menjadi warisan budaya, menjadi bukti monumental kehadiran kebudayaan di Banyumas.

Mujanto juga menjelaskan bahwa bahasa Jawa mengalami perubahan saat tokoh Sutawijaya mendirikan Kerajaan Mataram. Sutawijaya membangun budaya dan bahasa baru untuk memperkuat eksistensi kerajaan tersebut. Pergeseran bunyi “a” menjadi “o” terjadi sejak berdirinya Kerajaan Mataram pada akhir abad ke-17.

Sejarah Banyumas juga dipengaruhi oleh keberadaan Kerajaan Sunda. Kedekatan dengan daerah Pasundan menyebabkan dominasi vokal “a” dalam bahasa Banyumas. Nama-nama daerah seperti Cikawung menunjukkan pengaruh kekuasaan Kerajaan Sunda yang pernah sampai ke Banyumas.

Ahmad Tohari menegaskan pentingnya melestarikan kebudayaan Banyumas. Salah satu ciri penting dari kebudayaan tersebut adalah semangat kesetaraan egaliter. Di era saat ini, semangat ini sangat penting sebagai modal budaya dan modal sosial untuk negara Republik. Tohari menekankan bahwa semua negara Republik menuntut kehadiran sikap sosial kesetaraan untuk mendukung sistem demokrasi.

Dalam pidatonya, Tohari berpendapat bahwa pengembangan semangat Republik atau demokrasi adalah langkah penting untuk mengakhiri gaya kekuasaan yang feodal. Orang Banyumas diharapkan memilih pemimpin secara rasional, bukan berdasarkan pertimbangan primordial. Pemimpin yang dipilih harus memiliki kapasitas yang memadai agar pemilihan pemimpin berjalan dengan cara yang rasional. Pemilihan pemimpin yang bijaksana akan membantu menciptakan lingkungan yang demokratis, adil, dan menghormati hak-hak setiap individu.

Ahmad Tohari menekankan bahwa dalam era modern ini, penting bagi masyarakat Banyumas dan seluruh warga negara Republik untuk memperkuat semangat demokrasi dan menjauhkan diri dari praktik kekuasaan yang feodal. Dalam sistem demokrasi yang sehat, setiap warga negara memiliki hak yang sama dan memiliki peran aktif dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Melalui pelestarian kebudayaan Banyumas, masyarakat diharapkan dapat memperkuat modal budaya dan sosial yang diperlukan untuk membangun negara Republik yang kuat dan inklusif. Nilai-nilai egaliter dan semangat kesetaraan yang tercermin dalam kebudayaan Banyumas dapat menjadi pijakan bagi terwujudnya masyarakat yang adil dan harmonis.

Pidato Ahmad Tohari menginspirasi para pendengarnya untuk menghargai warisan budaya mereka, mengenali akar-akar sejarah mereka, dan memahami pentingnya melestarikan identitas budaya dalam era globalisasi. Dalam dunia yang semakin terhubung, menjaga keberagaman budaya dan menghormati perbedaan adalah langkah penting dalam menciptakan perdamaian dan kesetaraan di antara berbagai kelompok masyarakat.

Dengan demikian, pidato kebudayaan yang disampaikan oleh Ahmad Tohari telah memberikan dorongan yang kuat untuk melestarikan kebudayaan Banyumas sebagai landasan yang kokoh bagi pembangunan demokrasi yang inklusif dan egaliter.

Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang kebudayaan mereka, masyarakat Banyumas diharapkan dapat memainkan peran aktif dalam pembangunan negara dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Beri komentar :
Share Yuk !