Cilacap Menuju Kabupaten Kreatif, PJ Bupati MoU dengan Jogja Creative Society

CILACAP – Memanfaatkan lahan Dermaga Kutawaru yang terkenal dengan nuansa indah terutama di malam harinya. Perhelatan Gelora Kutawaru : Toxicity for Creative city dari Cilacap Kreatif digelar Minggu, 31 Maret 2024.

Diawali dengan kegiatan Susur Sungai Bengawan Donan yang dimulai dari pukul 15.30 WIB, pengunjung dari luar Kutawaru dimanjakan dengan pemandangan jajaran mangrove serta bagian belakang Pertamina RU IV Cilacap.

“Senang akhirnya bisa ada kesempatan menyeberang ke Kutawaru. Menginjak wilayah lain dari Cilacap,” tutur Rosa, salah satu pengunjung lokal.

“Iya, pengalaman naik perahunya menyenangkan. Harga tiket PP-nya juga murah. Bolehlah kalo ada acara di Kutawaru, ikut lagi,” aku Yeni yang juga salah satu pengunjung lokal.

Titik pemberangkatan pengunjung terbagi menjadi dua, yakni Dermaga Sleko dan Kali Panas.

Setibanya di Dermaga Kutawaru, dilakukan penandatanganan kesepakatan kerjamasa atau MoU (memorandum of understanding) oleh PJ Bupati Cilacap Awaluddin Muuri dengan Jogja Creative Society. Jogja Creative Society telah memiliki banyak portofolio dalam mendampingi kota-kota atau daerah untuk menjadi kota kreatif.

Usai penanda tanganan, tari Kerong yang dibawakan oleh grup tari dari STT Migas Cilacap membuat suasana ramai dan meriah.

Acara dilanjutkan dengan pembacaan teks proklamasi “Cilacap menuju Kabupaten Kreatif” oleh PJ Bupati Cilacap Awaluddin Muuri didampingi oleh Romi Angger Hidayat, selaku salah satu inisiator dari Cilacap Kreatif. Naskah proklamasi tersebut turut ditanda tangani oleh perwakilan dari berbagai elemen masyarakat, di antaranya: goverment, community, aggregator, media, business dan academy.

Ada hal unik terjadi di pinggir venue. Pembacaan naskah proklamasi tersebut dibarengi aksi live painting dari seniman kawakan asal Cilacap Suhadi Gembot. Tentu melukis sang proklamator.

“Matur nuwun sanget untuk segala ikhtiar dan do’anya hingga segala berjalan baik dan lancer” ucap Romi Angger Hidayat didampingi Donie Hulalata dan Afrizal, rekan-rekannya dari Cilacap Kreatif.

Suguhan Menarik Sarat Kreatifitas Tinggi

Sesuai dengan nama penyelenggaranya, Cilacap Kreatif yang menaungi banyak komunitas kreatif di Kabupaten Cilacap bersama para kolaborator, konten-konten yang disuguhkan sarat kreatifitas tinggi.

Sebut saja pameran lukisan oleh Suhadi Gembot yang menggunakan sepeda motor.. Pria yang juga kerap disapa Mbah Gembot ini menampilkan 12 lukisan hasil karyanya yang khusus disiapkan untuk acara Gelora Kutawaru.

Salah satunya adalah lukisan dengan judul “Kepiting Kutawaru Mendunia”. Dengan lukisan ini, Suhadi menyampaikan harapannya, “Kepiting Kutawaru yang tidak hanya melimpah dan membawa berkah bagi nelayan dan masyarakat sekitar, tetapi juga mampu mendunia” ucapnya.

Suhadi menggunakan pisau palet dalam melukis, hal seperti itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.

Dalam perpaduan warna merah dan kuning busana tari yang dikenakan oleh empat mahasiswi STT Migas berlenggok mengikuti irama calung Banyumasan. Ngerong sendiri diambil dari kata “Renggong”, namun saat ini lebih dikenal dengan “Lengger”. Mendapat awalan “Nge” yang berarti melakukan, maka Ngerong dapat diartikan melakukan atau menarikan Lengger.

Usai persembahan tari, ada aksi teatrikal dari siswa-siswi SMP Negeri 9 dalam komunitas Kutawaru Art Community. Penampilan ini disutradarai oleh Warrie Ayya. Aksi ini mengusung judul “PESAN”. Di mana isinya berupa wujud kegelisahan dari anak-anak muda yang bingung ke mana harus mencari suaka kreatif.

Mereka butuh sebuah ruang yang mampu menjadi tempat bagi mereka menyalurkan potensi kreatif yang dimiliki. Mewakili teman-teman kreatif semua, para remaja ini menyuarakan harapan mereka agar bisa mendapat ruang kreativitas yang mampu mewadahi potensi-potensi kreatif yang dimiliki.

“Saya tersentuh dengan aksi teater ini. Sederhana dan ngena. Semoga pesannya bisa tersampaikan dengan baik,” ungkap Mitri Komalasari, salah satu pengunjung lokal sekaligus inisiator Klub Literasi Cilacap.

Sesi selanjutnya adalah Fashion Show yang dibawakan oleh delapan pemuda-pemudi sebagai perwakilan dari Duta Genre atau Duta Generasion dan Duta Wisata Cilacap. Berbalut kain batik khas Kutawaru atau disebut juga dengan nama Batik Leksana Jaya, kedelapan pemuda-pemudi yang terdiri dari empat putra dan empat putri ini melenggang dengan anggunnya di hadapan pengunjung.

Batik Leksana Jaya merupakan komoditas penting Kutawaru. Motifnya yang terdiri dari hewan laut, biota laut, pantai, akivitas nelayan, dan juga mangrove itu sendiri tampak begitu menawan. Ditambah penggunaan pewarna alami, yang berasal dari buah mangrove menjadikan batik ini memiliki nilai jual. Pasarnya telah mencapai skala nasional bahkan hingga ke luar negeri, seperti Taiwan dan Jepang.

Sebelum para pengunjung berpindah ke area Kelurahan Kutawaru guna menikmati sajian berbuka puasa, pengunjung disuguhkan kegiatan peresmian Sega Nelayan sebagai ikon kuliner Cilacap. Sega yang dalam bahasa Indonesia berarti nasi disajikan bersamaan dengan oseng dages dan suwiran ikan tuna.

Menjelang berbuka, para pengunjung diantar ke area Kelurahan Kutawaru. Sembari duduk lesehan di bagian pendoponya, para pengunjung bisa langsung memilih ragam sajian menu berbuka yang tersedia. Termasuk Sega Nelayan.

“Enak, gurih, mantap. Nasinya pulen. Oseng dagesnya dicampur irisan bunga Combrang dan udang rebon. Pedasnya juga pas,” komentar Nurul, salah satu pengunjung lokal.

Selepas salat Maghrib yang dilaksanakan di masjid terdekat, acara berikutnya adalah dopokan antara rombongan PJ Bupati Cilacap dengan warga Kutawaru. Dialog ini dibutuhkan guna mengetahui aspirasi dari lapisan masyarakat yang ada.

Terakhir, acara ditutup dengan salat tarawih bersama.

Kolaborasi Hexahelix

Cilacap Kreatif sendiri yang mengusung konsep kolaborasi dalam setiap kegiatannya. Kali ini menggandeng pemerintah kabupaten Cilacap serta jajaran instansi Cilacap lainnya, tokoh masyarakat Kutawaru, Duta Wisata dan Duta Genre Cilacap, para mahasiswa/i Politeknik Negeri Cilacap (PNC), Universitas Al-Irsyad Cilacap (UNAIC), STT Migas Cilacap, beberapa komunitas lokal Cilacap, serta para pelaku seni lokal lainnya.

Gelora Kutawaru : Toxicity for Creativecity ini merupakan sebuah wadah cipta ruang kreatif langsung dari para pelaku kreatif itu sendiri. Harapannya, dengan terciptanya ruang kreativitas ini, bisa menjadi tempat berkaryanya para pelaku kreatif serta mampu membangun ekosistem kreatif untuk jangka panjangnya.

Kegiatan ini bisa menjadi peluang bagi para pelaku kreatif mengenalkan ide kreatifnya dalam bentuk karya seni kepada masyarakat luas. Sesuai dengan filosofi temanya yaitu mengubah pengaruh toxic (negatif) menjadi unjuk kreativitas

Beri komentar :
Share Yuk !