Enam Pemudik Dikarantina di GOR Satria

PURWOKERTO – Sebanyak enam pemudik asal Banyumas harus menjalani karantina di GOR Satria, Selasa (28/4). Keenam orang ini berasal dari lima desa dan sebelumnya sudah melapor terlebih dulu di desa masing-masing.

Kepala Bidang eolahragaan Dinporabudpar Kabupaten Banyumas Taufik Widjatmoko SSos MM mengatakan, tiga pemudik laki-laki dan tiga perempuan yang dikarantina di venue futsal GOR Satria. Mereka berasal dari wilayah Kalicupak, Berkoh, Karangpucung, Karangwangkal, Kedungrandu, dan Ketenger. “Sampai Selasa (28/4) sore sementara enam orang,” katanya.

Taufik menuturkan, pemudik yang dikarantina di GOR Satria setelah tiba dari perantauan terlebih dahulu harus melapor ke kantor desa atau kelurahan. Setelah itu dimungkinkan jika di desa atau kelurahan belum disiapkan tempat karantina, baru diantarkan ke GOR Satria.

“Satu tempat karantina khusus. Bukan di rumah masing-masing,” terang dia.
Lebih lanjut dikatakan, sebagai penanggung jawab GOR Satria, Dinporabudpar banyak dibantu petugas dari OPD terkait seperti Dinas Kesehatan, BPBD Banyumas, kepolisian dan TNI.

Sementara itu, meski sudah ada imbauan untuk melaksanakan ibadah di rumah, namun masih banyak masyarakat yang beribadah di masjid. Menanggapi hal itu, Bupati Banyumas Achmad Husein meminta warga Banyumas untuk melaksanakan ibadah di rumah selama bulan ramadan. Termasuk dalam pelaksanaan salat tarwih atau ibadah-ibadah lainnya.

“Ini demi kesehatan dan keselamatan warga secara keseluruhan,” kata dia.

Dia mengatakan, munculnya kasus covid-19 di kluster Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto Barat, bisa menjadi contoh wabah covid-19 bisa menyebar di kalangan jamaah masjid. Kasus covid-19 di kluster ini, awalnya hanya dialami imam masjid yang ikut berangkat ke Gowa.

“Namun penyakit ini kemudian menyebar pada jamaah masjid. Dari semula hanya satu orang yang terjangkit, sekarang menjadi 17 orang yang terkena Covid 19,” tutur Husein.

Menurutnya, masjid menjadi satu tempat yang memang mudah menyebarkan wabah covid-19.

“Kalau imamnya yang kena, kemudian dia membaca doa, takbir, atau segala macam, maka virus menyebar lewat mulutnya. Virus bisa lari ke belakang dan jatuh di lantai yang menjadi tempat sujud makmumnya,” ucap dia.

Hal serupa juga bisa terjadi di gereja. Bupati menyebutkan, gereja juga bisa menjadi tempat penyebaran penyakit Covid 19. “Gereja itu juga ada nyanyi-nyanyi. Itu juga menyebabkan virus mudah menyebar,” katanya.

Kondisi ini, menurut Husein, sedikit berbeda dengan orang yang berada di pasar ataupun mall. Menurutnya, pasar dan mall tetap buka karena menyediakan kebutuhan pokok masyarakat.

“Selain itu, penularan di pasar atau mall dapat diantisipasi dengan memakai masker dan menjaga jarak,” katanya.

BS, warga Kober yang berangkat ke Gowa, kata Husein, mengaku tidak merasakan gejala apa pun sepulang dari acara tersebut. Karena itu, dia pun tetap beribadah di masjid dekat rumahnya seperti biasa.

“Baru setelah beberapa hari di rumah, mulai merasa tidak enak badan, flu dan pilek, sampai kemudian diisolasi di RS,” katanya.

Atas peristiwa tersebut, dia memohon maaf pada masyarakat Banyumas. “Tolong ikuti aturan pemerintah untuk tidak berkerumun. Jangan sampai yang tidak merasakan gejalanya, menularkan pada orang lain yang bisa menyebabkan sakit parah,” pungkas Husein.

Terpisah, Pemkab Banyumas mulai memberlakukan sanksi bagi masyarakat yang tidak menggunakan masker. Perda yang baru ditetapkan 21 April lalu segera diterapkan.(yda/ali/mhd/mas)

Beri komentar :
Share Yuk !