Iin Ayu, Penakluk Kobra dari Purwokerto Pelihara Ratusan Ular

PURWOKERTO – Puluhan kotak berukuran kecil dan besar terlihat berjajar, saat memasuki rumah Iin Ayu (53) di Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan.

Selain box plastik yang didesain untuk tempat ular, ada pula kotak kayu ukuran 3×1 meter dengan penutup kaca.

Ular piton warna coklat sebesar paha orang dewasa terlihat melingkar di pojok kandang. Sementara di sebelahnya terdapat ular king kobra warna kuning sebesar lengan orang dewasa.

King kobra tersebut nampak agresif dan sesekali mengangkat kepala, setiap kali ada gerakan di depan kaca, seolah siap mematuk mangsa di depannya.

“Ini king kobra asli Sumatra, umurnya sudah 4 tahun, panjangnya kurang lebih 4 meter lebih,” ujar Iin.

Pelihara 150 Ular Berbagai Jenis

Sejak masih gadis di tahun 1980-an, Iin sudah senang memelihara reptil. Kini di rumahnya terdapat 150 ular berbagai jenis.

Selain king kobra, ada juga kobra Jawa yang berkulit hitam pekat. “Kalo kobra Jawa tidak terlalu agresif, tapi bisa atau racunnya sama mematikan,” terang iin.

Selain untuk kegiatan hoby, ia mengaku ular-ular tersebut juga digunakan untuk ajang belajar sesama komunitas.

Beberapa kegiatan yang dilakukan bersama komunitas yakni, edukasi kepada siswa-siswa di sekolah. Terapi bagi orang yang phobia ular, hingga panggilan untuk rescue atau penangkapan ular.

Di rumahnya, Bu iin tinggal bersama dua orang putra dan satu orang cucu. Kirei adalah cucu perempuan yang sejak kecil sudah akrab dengan ular. Bahkan jika menangis ia baru diam saat dimasukkan ke kandang ular kobra.

“Kirei paling suka bermain ular kobra, padahal ini berbahaya sebab kobra adalah hewan yang tidak bisa jinak,” terangnya.

15 Ayam untuk Pakan

Banyaknya ular yang dipelihara, ia juga otomatis rutin memberi pakan. Untuk ular kobra biasanya dikasih ular lain yang ukurannya lebih kecil. Sebab kobra jenis ular kanibal.

Untuk piton, ia memberi pakan ayam. Setiap dua Minggu sekali 15 ekor ayam disediakan untuk phyton dan sanca.

Pakan lain yang disediakan yakni tikus putih. Sedikitnya 100 ekor tikus putih harus ia sediakan per Minggu nya.

Salah seorang pemburu ular di komunitas Bawor atau Banyumas Wong Reptil, Sera Deka (26) mengatakan, penangkapan terbaru ada di Kecamatan Rawalo atau sekitar 15 km dari kota Purwokerto.

“Kebetulan saat itu sedang menghadiri hajatan, tiba-tiba ada anak ular kobra yang muncul. Kita dapat tiga ekor di sekitar lokasi,” jelasnya.

Pernah Digigit

Deka sendiri pernah digigit ular, di lengan tangan sebelah kiri dan jari tengah nya terdapat luka sayatan bekas operasi. Bekas operasi tersebut cukup terlihat karena bekas sayatannya juga daging hingga muncul benjolan.

Musim hujan seperti saat ini adalah waktunya telur- telur ular menetas. Biasanya anak ular akan langsung menyebar dan berburu makanan.

Sementara itu Ratno yang juga anggota komunitas Bawor berbagi tips, jika bertemu ular kobra maka tidak usah banyak bergerak. Selain menghadapi dengan tenang upayakan singkirkan dengan menggunakan galah atau bambu.

Selain itu jika terkena gigitan, upayakan hindari banyak bergerak, agar racun tidak cepat menyebar.

“Segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis, jika terlambat nyawa menjadi taruhannya,” ujar Ratno.

Sementara itu, mitos yang berkembang ular takut dengan garam, padahal itu tidak berpengaruh. Justru ular akan menyingkir jika ada bau wangi menyengat, misal bau kamper atau kapur barus.

Agar dirumah atau dikantor tidak dijadikan sarang ular, upayakan tidak ada tumpukan barang yang bersifat lembab. ” Ular akan selalu berburu tikus, jika di rumah ada tempat yang lembab biasanya juga menjadi sarang ular,” jelasnya.

Menurut Ratno, sebagai komunitas penghobi mereka tidak menyakiti ular, misal melepas gigi, atau mengambil bisa setiap hari. kebanyakan ular yang dipelihara saat ini merupakan hasil pembiakan, jadi tidak merusak ekosistem alam. (saw)

Beri komentar :
Share Yuk !