PURWOKERTO -Ada yang terlihat berbeda dari seragam apoteker di Banyumas. Senin (3/2). Mereka mengenakan pita hitam di dada sebelah kiri sebagai simbol berkabung.
Humas Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Banyumas, Yoga Bagus Wicaksana mengatakan, secara serentak seluruh apoteker pada Hari Senin 3 Februari mengenakan atribut seragam dan pita hitam.
Hal tersebut sebagai awalan terkait sikap IAI yang menolak Peraturan Mentri Kesehatan (PMK) NO 3 tahun 2020.
Menurutnya Pasal 10 ayat (2) diubah bunyinya menjadi: “Pelayanan nonmedik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c terdiri atas pelayanan laundry/binatu, pengolahan makanan/gizi, pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi, pemulasaran jenazah, dan pelayanan nonmedik lainnya.”
“Peraturan ini jelas tidak bisa diterima, apoteker adalah ujung tombak layanan kesehatan, jika apoteker dikategorikan menjadi pelayan non medik dampaknya bisa lebih buruk,” ungkapnya.
Ia menambahkan peran sangat penting, peran paling kompeten adalah apoteker, mulai dari cara penggunaan obat, takaran dan lainya. Tugas apoteker, mengelola perbekalan farmasi, pengadaan, penyimpanan, sampai distribusi ke pasien.
Sementara itu, Ketua IAI Banyumas Hafid Nasrudin mengungkapkan, drug related problem (DRP) saat ini masih tinggi, artinya peran apoteker masih sangat dibutuhkan.
Ia mencontohkan, seseorang yang diberi obat pereda nyeri terkadang berdampak pada sakit lambung. Hal itu bisa diantisipasi oleh apoteker dengan memberi anjuran obat yang tepat sekaligus dosis yang tepat pula.
Secara umum peran apoteker yakni melakukan skrining administratif, skrining farmasetis, dan skrining klinis.
“Jika ada kejanggalan, makan obat tak bisa dicampur, dan dikomunikasikan dengan dokter. Jadi resep hanya usulan saja,” terangnya.
Berkaitan dengan PMK tersebut pihaknya masih berkoordinasi dengan pengurus wilayah. IAI juga sudah melayangkan surat ke Kemenkes, jika tidak ada tanggapan pihaknya juga akan menggelar aksi lanjutan. (Saw)
