Lembaga Keuangan Mikro di Banyumas Butuh Penguatan

PURWOKERTO – Angka kredit macet atau non performinng loan (NPL) di Lembaga Keuangan Mikro (LKM) melebihi batas aman. Dari 15 LKM yang ada di banyumas sebagian engalami NPL tinggi.

Dampak pandemi covid 19 membuat lembaga keuangan mikro tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Pasalnya selama ini LKM dalam melakukan penagihan secara langsung atau jemput bola.

Namun pembatasan saat pandemi membuat kinerja penagihan juga terbatas. Akibatnya kredit macet menjadi tinggi. Selain itu sebagian nasabah juga berasal dari pedagang kecil dan masyarakat yang berpenghasilan harian.

Kepala OJK Purwoketo Riwin Mihardi mengungkapkan, pengawasan yang dilakukan terhadap LKM tidak hanya sekedar pemeriksaan, namun juga bimbingan.

Selama pandemi aset LKM per september 2021 turun sebesar 11,57 persen (yoy) menjadi sebesar 41,94 miliar. Begitu pula dengan dana pihak ketiga turun 64,86 persen sebesar 13 ,23 miliar, sedangkan kredit meningkat sebesar 7,12 persen (yoy) menjadi sebesar 28,83 miliar.

Lebih lanjut diungkapkan, sebelumnya juga dilakukan pembinaan, kaitannya dengan penyaluran kredit, hingga penagihan. Harapannya pengelolaan LKM juga membaik. Saat ini sejumlah BPR juga diajak untuk menjalin kerjasama dengan LKM.

Menurut Riwin, pengelolaan LKM memang perlu ditingkatkan, hal itu berkatan pula dengan back ground ilmu pengetahuan. “ Kemampuan mereka untuk memberikan kredit itu masih sangat sederhana, jadi kadang kurang analisa secara mendalam,” terangnya.

Sejatinya layanan LKM itu bukan untuk keperluan konsumtif, pembiayaan LKM yakni untuk sektor mikro agar usaha bisa bertumbuh dan nantinya bisa mengembalikan. “ Nah kadang itu yang tidak di cek sampai pada usahanya,” tambah Riwin.

Secara garis besar ada dua hal, yaitu kompetensi pengelolan keuangan, administrasi, dokumentasi, dan kedua terkait kemampuan penyaluran kredit, mulai dari analisa hingga penagihan. Ini yang jadi fokus pembinaan bagi LKM.

Sementara itu terkait dengan debitur yang di restrukturisasi di perbankan umum dan BPR/BPRS sebanyak 110.300 debitur, dengan baki debet 6 403 miliar. Sedangkan di perusahaan pembiayaan atau leasing sebanyak 71.332 debitur dengan nilai outstanding sebesar 2.092 miliar.

Diungkapkan Riwin, secara umum kinerja sektor keuangan di karesidenan Banyumas cukup baik. Aset Bank tumbuh 0.04 persen sebesar Rp 43.210 miliar, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 2,77 persen (yoy) menjadi 37.717 miliar. Sedangkan rasio NPL di Karesidenan Banyumas terjaga di angka 2,69 persen, jauh diambang batas 5 persen. (saw)

Beri komentar :
Share Yuk !