Pabrik Tahu Kastadja Bertahan di Tengah Keterbatasan

TIRISKAN : Perajin tahu, Kastadja, Teguh Setianto sedang meniriskan tahu yang sudah dicetak

PURWOKERTO – Kondisi home industri pengolahan tahu Kastadja di Jalan Kaliputih No 2 Purwokerto Wetan cukup memprihatinkan.

Industri tahu yang kini dilanjutkan oleh anak Kastadja ini, bertahan di tengah makin tingginya beban biaya produksi.

Cukup mudah untuk menemukan lokasi industri tahu tersebut. Sebab lokasinya memang berada di kota. Tepatnya selatan persimpangan Kaliputih, atau Timur Pertigaan Posis jika dari arah kota.

Saat memasuki home industri tersebut, menantu Kastaja, Teguh Setianto tengah sibuk melakukan pekerjaannya.

Sang istri terlihat menyusun tahu yang sudah selesai dicetak. Sedangkan Teguh Setianto terlihat menuang adonan sari kedelai yang sudah mengental dan siap untuk di cetak.

Sedangkan keponakan perempuan tampak menunggui kedelai yang tengah digiling dengan mesin.

Sesekali ia mengganti ember yang sudah penuh dengan adonan kedelai.

Kesibukan yang dikerjakan seolah tak lagi memperhatikan kondisi pabrik tahu yang kini makin rapuh. Atap terlihat sudah bolong bolong. Bahkan rangka atap kayu yang sudah ambrol disana sini.

Kondisi tersebut tentu sangat membahayakan, sebab dapat ambrol sewaktu waktu.

Teguh mengaku, sejak dua tahun terakhir, kondisi pabriknya memprihatinkan. Ia memang belum memiliki cukup biaya, lantaran biaya produksi yang semakin tinggi.

Menurutnya, industri tahu sempat mengalami masa jaya yakni ditahun 1990 an. Dimana harga kedelai masih dibawah Rp 4000 per kg. Saat ini harga kedelai sudah mencapai Rp 13.500.

Selain itu harga minyak goreng juga semakin tinggi, bahkan pernah mencapai Rp 24.000 per liter.

Belum lagi biaya solar untuk mesin giling yang saat ini harganya Rp 8000.

Selain itu masih ada biaya untuk kayu bakar Rp 300.000, untuk satu kendaraan pick up.

Meski harga pokok produksi terus meningkat, namun tidak bisa serta merta menaikkan harga jual tahu.

Satu potong tahu, kini dijual mulai Rp 400,- hingga Rp 700,-.

Jika dinaikkan terlalu tinggi maka konsumen komplain. Jika tidak, mereka akan pindah kepada penjual lainya.

Di Banyumas, industri tahu saat ini sudah cukup banyak, selain di Ajibarang dan Cilongok, industri tahu juga banyak di Purwokerto Selatan.

Teguh berharap, pedagang tahu bisa lebih kompak. Khususnya terkait standardisasi harga jual. Pasalnya untuk mengatasi beban produksi yang makin berat, harga jual perlu dinaikkan pula.

Saat ditanya apakah ia pernah mendapatkan bantuan, Teguh mengaku belum pernah. Namun beberapa kali pejabat dinas dari Kabupaten berkunjung ke industri tahu miliknya.

Terkait dengan situasi yang dihadapi saat ini, Teguh mengaku akan terus melanjutkan industri tahu tersebut. Sebab industri tahu menjadi andalan pendapatan keluarga. Ia juga berharap kepada pemerintah agar mampu mengendalikan harga komoditi kedelai dan minyak goreng, sehingga pelaku usaha dapat menikmati hasil sepadan dari usaha yang dijalankan. (saw)

Beri komentar :
Share Yuk !