257 Pelaku Kerusuhan Ditangkap

JAKARTA – Polisi menetapkan tersangka kerusuhan 22 Mei 2019. Ada 257 pelaku yang ditetapkan

“Di Bawaslu ada 72 tersangka. Kemudian di petamburan ada 156 tersangka. Kemudian di gambir ada 29 tersangka. Jadi keseluruhannya ada 257 tersangka,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, Rabu (22/5)

Ratusan tersangka itu ditangkap polisi di sejumlah titik kerusuhan, di antaranya dari pelaku kerusuhan di depan Bawaslu, asrama polisi, dan Petamburan.  “Ada yang pembakaran asrama, ada yang melawan petugas,” kata Argo. bom molotov.

Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Gatot Eddy memantau langsung pergerakan massa di kawasan Slipi. Massa yang masih bertahan berada di kawasan Kemanggisan dan Jalan Katamso.

Gatot juga memantau anak buahnya yang sedang bertugas dan berbuka puasa. “Saya turun untuk mengawal rekan-rekan di lapangan. Memberikan support dan berupaya mendinginkan situasi,” singkatnya.

Peringatkan Aparat

Kondisi ini pun mematik reaksi Ketua DPR RI Bambang Soesatyo. Ia mengingatkan kepada aparat keamanan bahwa mereka tidak sedang berperang melawan rakyat ketika menjalankan tugas mengamankan aksi massa.

“Aparat keamanan sedang berusaha menertibkan kebebasan dalam penggunaan hak menyatakan pendapat yang menyimpang dan manabrak undang-undang (UU) dengan cara humanis namun tegas,” kata Bambang tadi malam.

Pernyataan itu dikatakannya usai melakukan pengecekan langsung ke Posko Keamanan di kawasan DPR RI untuk memastikan penanganan unjuk rasa berlangsung tertib,

aman dan damai. Manurut Bamsoet, dirinya juga ingin memastikan tidak ada aparat yang membawa peluru tajam sesuai instruksi Panglima TNI dan Kapolri.

Ditambahkannya, sesuai penjelasan pihak keamanan, mereka hanya dibekali tiga jenis amunisi yang penggunaannya sesuai tingkatan yang sudah diatur dalam SOP.

“Yakni peluru hampa, peluru karet dan gas airmata. Mereka dilarang keras membawa peluru tajam,” ujarnya.

Tidak Lakukan Kekerasan

Sebelumnya politisi senior Amien Rais bersama massa datangi Bawaslu. Ia mengimbau massa yang unjuk rasa memprotes hasil rekapitulasi nasional Pemilu 2019 di

depan Gedung Bawaslu untuk tidak melakukan kekerasan. “Jadi saya menyampaikan turut berjuang, tidak ada kata kekerasan, tidak merusak bangunan, tidak menginjak rumput, seperti aksi bela Islam yang sangat indah itu,” ujar Amien Rais.

Massa yang hadir dimintanya menjaga hubungan baik dengan TNI dan Polri yang berada di lokasi. Amien Rais menegaskan kerusuhan yang terjadi pada Selasa (21/5) malam hingga Rabu dini hari justru mencederai demokrasi di Tanah Air.

“Saudara sekalian saya tidak bicara banyak, tetapi peristiwa tadi malam sungguh telah merusak anyaman demokrasi kita. Mudah-mudahan yang menembaki itu bukan orang resmi Polri,” tutur Amien Rais.

Ia juga meminta massa mendoakan peserta aksi yang luka-luka dan masih dirawat di rumah sakit. Ada pun aksi massa di depan Gedung Bawaslu RI terpantau kondusif dan tertib.

Peserta aksi yang terpusat di persimpangan Jalan M.H. Thamrin dan Wahid Hasyim menyuarakan aspirasi mereka bergantian dengan orasi serta meneriakkan yel-yel dan bertepuk tangan.

Dirajut Kembali

Pernyataan Amien Rais ini berbeda dengan apa yang dipaparkan Ketua MPR sekaligus Ketua Umun Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan. “Ini enggak main-main, harus kita bisa rajut kembali, harus kita bisa jahit, harus kita persatukan kembali, barulah itu namanya Indonesia menang,” kata Zulkifli.

Ditegaskan Zulkifli, pemilu ini satu event yang tentu harus kita selesaikan. Indonesia akan ada sepanjang zaman, sepanjang masa. Konstitusi sudah memberi

jalan. Kita boleh sepakat untuk tidak sepakat. “Demokrasi membuka ruang itu, sepakat untuk tidak sepakat. Konstitusi juga memberi ruang, ada perbedaan, ada sengketa memberi ruang. Kemana, apakah untuk DPD, untuk DPR, untuk Pilpres, MK,” tegas Zulkifli.

Oleh karena itu, lanjut Zulkifli, di MK nanti masing-masing tim bisa menjelaskan segala persoalan yang dihadapi, terbuka. Bila perlu disiarkan oleh media.

TKN juga bisa menyampaikan hasil-hasil mereka. KPU juga bisa memaparkan sehingga nanti bisa ditemukan fakta yang betul baru nanti hakim, yang diyakini akan profesional, untuk mengambil keputusan. “Itulah cara-cara yang dibenarkan oleh konstitusi kita,” tutur Zulkifli Hasan.

Enam Tewas

Sementara itu, enam orang dilaporkan tewas dalam aksi kerusuhan. Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengaku sudah mengetahui dalang aksi kerusuhan tersebut.

“Kami sebenarnya sudah mengetahui dalang aksi tersebut dan aparat keamanan akan bertindak tegas,” kata Wiranto, Rabu (22/5). Menurut Wiranto, rangkaian peristiwa hingga kerusuhan adaalah upaya membuat kekacauan nasional.

Hal itu, terlihat dari pernyataan tokoh-tokoh yang kemudian menyalahkan aparat keamanan atas jatuhnya korban jiwa. Wiranto melihat ada upaya membangun kebencian hingga antipemerintah.

“Padahal, ada aksi brutal yang dilakukan kelompok lain di luar pengunjuk rasa. Mereka adalah preman bayaran. Mereka menyerang petugas, merusak asrama Polri di Petamburan, membakar sejumlah kendaraan polisi, dan aksi brutal lainnya,” terang Wiranto.

Dia menegaskan, aparat keamanan tidak boleh menggunakan senjata api yang dapat melukai masyarakat. “Aparat keamanan diinstruksikan Kapolri, Panglima TNI, tidak boleh membawa bersenjata api. Senjata disimpan di gudang. Aparat menggunakan perisai dan pentungan sehingga tidak mungkin aparat keamanan membunuh rakyat aksi demo,” terangnya.

Dia akan melakukan investigasi terhadap kericuhan 22 Mei. “Ada niatan atau skenario untuk membuat kekacauan dengan menyerang petugas. Membangun antipati pemerintah dan membangun kebencian pemerintah yang sedang melakukan upaya kesejahteraan,” tukasnya.

Kelompok Pendompleng

Sementara itu, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengungkapkan adanya kelompok pendompleng yang memanfaatkan unjuk rasa terhadap hasil Pemilu 2019 untuk memperkeruh situasi di Indonesia.

“Apa yang saya sampaikan sejak awal telah terbukti. Bahwa ada sebuah upaya sistematis dari kelompok tertentu yang mendompleng pada suasana ini,” kata Moeldoko.

Moeldoko menyebutkan sebagai kelanjutan pengungkapan kasus penyelundupan senjata, saat ini sudah ditangkap tiga orang sebagai aktornya. Saat ini telah ditangkap tiga orang sebagai aktornya. Satu orang memang disiapkan untuk mencari senjata, satu orang penyedia senjata dan satu orang sebagai eksekutor.

“Namanya jelas, ada namanya Asumardi ini mencari senjata, berikutnya Helmy Kurniawan menjual senjata, dan Irwansyah sebagai eksekutor,” jelas mantan Panglima TNI ini.

Ia menyebutkan eksekutor merupakan orang yang bertugas mengeksekusi pejabat yang sudah ditetapkan sebagai sasaran target. Hal itu agar agar publik paham tentang perkembangan situasi. Sehingga tidak ada praduga. Moeldoko menyebutkan bahwa situasi atau peristiwa politik sesungguhnya itu sudah berakhir.

Uji Materi MK

Karena kelompok calon presiden nomor urut 02 telah melakukan upaya uji materi ke MK sehingga sebetulnya dengan pendekatan politik itu sudah selesai. “Tetapi sekarang masih ada upaya untuk membawa suasana yang keruh,” tukasnya.

Sebanyak 257 tersangka kerusuhan diamankan aparat Polda Metro Jaya. Selain membuat rusuh, mereka juga berencana menyerang Presiden Joko widodo saat memberi pidato di Johar Baru, Jakarta Pusat.

Total 257 orang ditetapkan sebagai tersangka kasus kerusuhan yang terjadi di tiga lokasi berbeda pada Rabu (22/5) dinihari. Beberapa orang di antaranya terindikasi sebagai provokator.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono membeberkan 257 tersangka perusuh yang ditangkap. Sebanyak 72 tersangka diamankan karena melawan petugas dan melakukan perusakan di Bawaslu. Kemudin, di Petamburan sebanyak 156 tersangka yang melakukan pembakaran dan penyerangan. Sementara di Gambir, sebanyak 29 tersangka yang menyerang asrama dan Polsek Gambir.

Amankan Provokator

Dalam aksi kerusuhan, mereka menginformasikan pada peserta lainnya melalui grup WhatsApp (WA). “Provokator mengunggah kata-kata di WA (WhatsApp) grup: ‘persiapan buat perang, yang lain mana?’,” kata Argo saat jumpa pers di kantornya, Rabu (22/5).

Selain itu, Argo menjelaskan, di grup WA tersebut juga dijelaskan informasi kerusuhan sudah sampai Tanah Abang dan telah terjadi bakar-bakaran. Bahkan mereka juga memantau keberadaan Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato menanggapi hasil rekapitulasi KPU di Kampung Deret Johar Baru, Jakarta Pusat.

Dijelaskan Argo, aksi massa yang membuat kekacauan memang telah di-setting atau direncanakan. “Kerusuhan sudah direncanakan, ada yang biayai, persiapan barang-barang seperti batu, busur sudah tertata di pinggir jalan. Massa datang sudah siap. Kita cari siapa yang siapkan,” jelasnya.

Untuk itu, Argo mengimbau agar masyarakat jangan terpengaruh ajakan yang melanggar undang-undang. Orangtua dan keluarga juga diminta untuk memperhatikan anak-anaknya. “Orangtua harus cek pergi kemana, berapa lama biar jelas,” tutupnya.

Selain mengamankan 257 tersangka, polisi juga menyita barang bukti, berupa petasan, beberapa handphone, celurit, bendera hitam, busur panah, bom molotov, amplop berisi uang tunai Rp 200-500 ribu plus tertulis nama penerima. Ada juga uang Rp 5 juta rupiah untuk operasional. (ful/rh/mhf/gw/fin)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar