Rektor UMP Mengenang Dr Syamsuhadi Irsyad, MH

Menggerakan Tanpa Memerintah

BANYUMASEKSPRES.com – Buku tentang rektor ke 4 Universitas  Muhammadiyah Purwokerto, Dr H Syamsuhadi Irsyad, MH (alm) diluncurkan, Sabtu (29/6) di Aula AK Anshori, UMP. Buku tersebut berjudul Hakim Agung Dr Syamsuhadi Irsyad, MH Pengabdiannya di Dunia Peradilan dan Pendidikan.

Sejumlah tokoh hadir dalam kegiatan itu memberikan kesaksian. Antara lain Hakim Agung MA RI, Dr H Yasardin MH, Ketua BPH UMP Dr H Baedowi, sahabat semasa hidup Dr Habiburrahman MH, Rektor UMP Dr Anjar Nugroho dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya.

Dalam testimoninya, Rektor UMP, Dr Anjar Nugroho mengenang gaya kepemimpinan Dr Syamsuhadi Irsyad yang jarang dimiliki oleh pemimpin lainnya. Menurutnya Dr Syamsuhadi mampu menggerakkan tanpa memberi perintah kepada para bawahannya. “Gaya kepemimpinan ini seolah telah menjadi bagian yang menyatu dalam gaya kepemimpinan beliau,” kata Dr Anjar.

Menurutnya para pemimpin biasanya begitu terpatok untuk mengikuti peraturan, regulasi, prosedur dan rutinitas, sehingga mereka mengabaikan potensi setiap orang yang bekerja di bawah kepemimpinan mereka. Inilah pemimpin yang akan sulit mengembangkan organisasi karena unsur-unsur dalam organisasi itu tidak berkembang secara humanistik, tapi cenderung mekanik. Akan ada banyak keterpaksaan yang dilakukan oleh sebagian orang dalam melaksanakan perintah-perintah kepemimpinan.

“Berbeda dengan gaya kepemimpinan pada umumnya. Gaya kepemimpinan Dr Syamsuhadi Irsyad memberdayakan orang-orang mereka, bukan mematikan kreativitas mereka. Pemimpin mendorong krativitas dengan cara mengumpulkan gagasan-gagasan orang, baik secara informal melalui kontak sehari-hari maupun secara formal dalam rapat atau kegiatan serupa,” kata Dr Anjar.

Dr Anjar berbagi cerita. Menurutnya pernah suatu saat ketika proses pendirian 5 prodi S2 UMP, yaitu Pendidikan Dasar, Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa Inggris, Magister Manajemen dan Farmasi menghadapi kendala di kementerian Ristekdikti.

“Kami menghadap beliau. Kalau melihat persoalan sepertinya kami sudah mentok karena yang menjadi kendala adalah sesuatu yang sangat krusial,” kata dia.

Menurut Dr Anjar dia sebenarnya tidak menghadap dalam rangka meminta saran. Tapi justru ingin melapor soal kendala dan berniat ingin mengurungkan niat untuk melanjutkan proses pendirian prodi-prodi itu. Karena kendala yang dihadapi menurut tim yang menghadap sangat krusial.

“Seperti biasa Dr Syamsuhadi menyimak dengan penuh perhatian penjelasan-penjelasan tanpa perlu memotong setiap kata. Seolah tidak ingin ada kata-kata yang tidak beliau dengar dan fahami. Sebenarnya tidak hanya kali ini beliau bersikap seperti itu, bertahun-tahun kami bersama beliau, sikap yang demikian itulah yang selalu beliau tunjukkan,” lanjutnya

Kebiasaan Mendengar

Menurutnya kebiasaan mendengar penuh perhatian dan tidak pernah memotong pembicaraan adalah ciri pemimpin sejati yang selalu memandang orang lain adalah “penting”. Memotong pembicaraan adalah seolah ingin mengatakan bahwa apa yang akan dikatakan itu lebih penting daripada apa yang sedang disampaikan orang lain, dan ini tidak pernah dilakukan oleh Dr Syamsuhadi.

Selesai diberi laporan Dr Syamsuhadi tidak segera menanggapi,tetapi diam sejenak. Mungkin perlu waktu untuk mencerna dan menangapi pesan yang disampaikan oleh tim yang menghadap.

“Beliau pandang wajah kami satu-satu, dan kami pun larut dalam suasana yang cukup serius itu. Setelah menarik nafas panjang kemudian beliau berkata; Terima kasih kepada Pak Anjar dan tim yang telah bekerja. Kendala itu bisa muncul dalam setiap pekerjaan. Yang penting jangan putus asa. Silakan saja Pak Anjar lanjutkan atau tidak pekerjaan ini. Kalau mau lanjut saya yakin Pak Anjar dan tim bisa melakukannya…,” kata Dr Anjar mengenang peristiwa itu.

Menurut Dr Anjar tidak ada kata perintah untuk melanjutkan atau menghentikan, tetapi yang muncul kata ampuh “silakan saja”.

Menurutnya kata itu ibarat sebuah energi yang sangat besar bagi tim untuk kembali bekerja dan berusaha sampai cita-cita pendirian 5 prodi S2 itu terwujud. Tidak sekedar energi yang muncul tetapi pikiran yang sebelumnya mentok menjadi encer kembali dan menemukan titik-titik terang jalan keluar.

“Alhamdulillah dalam beberapa bulan kemudian 4 prodi turun SK pendiriannya (Pendidikan Dasar, Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa Inggris, Magister Manajemen), kemudian menyusul satu tahun kemudian SK pendirian S2 farmasi turun. Sungguh kata “silakan saja” yang sangat ampuh,” tutur Dr ANjar. (tom)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar