Setiap Orang Tua adalah Guru dan Setiap Rumah adalah Sekolah

PURWOKERTO – Pola pembelajaran daring di masa pandemi, menuntut guru dan siswa harus beradaptasi. Tidak jarang siswa dan wali murid mengalami berbagai kendala.

Berbagai persoalan tersebut dikupas tuntas oleh dua nara sumber dalam forum diskusi terbatas bersama Banyumas Ekspres dan Kebumen Ekspres, Senin ( 23/12). Dua nara sumber tersebut yaitu Krista Adayu selaku Guru Pendamping Program Guru Penggerak Kabupaten Cilacap, dan Dini Suroto selaku Ketua Bidang Pendidikan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Purbalingga.

Dalam paparannya, Dini Suroto mengungkapkan, selama pandemi Covid-19, pembelajaran daring telah dilakukan di seluruh penjuru dunia. Anak-anak dituntut mampu membimbing belajar anak dari rumah, dan mampu menggantikan sebagian peran guru di sekolah. Sehingga peran orang tua dalam tercapainya tujuan pembelajaran daring dan membimbing anak menjadi sangat penting.

Namun demikian, orang tua kerap menghadapi kendala, baik dari segi waktu, penguasaan materi, menumbuhkan minat belajar anak, hingga keterbatasan perangkat online.

“Contoh sederhana, di sekolah, anak akan berdoa setiap mulai dan sesudah pembelajaran. Nah ada orang tua yang tidak hafal doa untuk memulai belajar, ini menjadi salah satu kesulitan tersendiri bagi orang tua,” kata dia

Pada sebagian orang tua, persoalan akan lebih kompleks imbas kurangnya pemahaman materi oleh orang tua. Hal tersebut menjadi tidak mudah untuk mendampingi anak untuk belajar secara daring di masa pandemi ini. Butuh kesabaran untuk tetap mendampingi anak belajar daring.

” Orang tua memang harus lebih bersabar, jangan marah, orang tua juga harus menjadi teman berfikir anak, untuk menyelesaikan tugas tugas belajar,” terangnya.

Disinilah perlu , agar orang tua juga lebih kooperatif dan komunikatif dengan pihak guru, agar berbagai kendala bisa diatasi. “Tetap dampingi anak-anaknya belajar. Dan yang penting komunikasikan dengan guru yang mendidik anak-anaknya, sehingga kendala bisa terpecahkan, tidak perlu sungkan,” kata dia

Sementara itu Krista Adayu mengungkapkan, masa pandemi ini guru harus inovatif dan kreatif. Tantangannya harus menciptakan pola pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.” Anak-anak tidak hanya belajar secara hafalan, text book, namun juga belajar tentang kecakapan hidup yang lain,” terang guru penggerak yang juga aktif sebagai Fasilitator Tanoto Foundation Kabupaten Cilacap ini.

Sekadar diketahui Tanoto Foundation adalah lembaga filantropi yang mendukung pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan kualitas lingkungan belajar.

Menurutnya, Ia juga menggunakan bermacam platform online, seperti zoom, you tube, hingga grup WA. ” Tidak semua siswa bisa mengikuti secara zoom, mereka bisa mengikuti melalui grup WA. Namun metode pembelajarannya yang harus bermakna,” kata dia

Menurutnya melalui WA grup pun anak-anak bisa tetap bisa belajar secara bermakna. Ia mencontohkan salah satu upaya mendampingi pembelajaran yang memanfaatkan WA grup adalah dengan memberi tugas sebagai reporter.

“Awalnya anak-anak sempat bingung. Bagaimana cara menjadi reporter cilik. Kemudian saya jelaskan, silahkan menyimak berita di TV tentang Covid 19. Jika bingung bicarakan dengan orang tua, saudara maupun teman. Setelah itu anak-anak bertugas sebagai reporter cilik, mewancarai orang tua maupun teman dan merekam sendiri melalui HP. Dan tugasnya dikirim balik melalui WA grup. Setelah dikirim, saya sebagai guru membuat umpan balik. Kemudian saya tanya ke anak-anak, apakah menjadi reporter cilik menyenangkan?. Dan mereka ternyata bergembira dan mendapatkan pengalaman baru,” ujar dia

Pembelajaran yang lainnya, lanjut Krista, bisa menggunakan live streaming Youtube. Pembelajaran ini tidak dilakukan setiap hari. Namun dilakukan dua minggu sekali, karena berhubungan dengan kuota. Melalui pembelajaran ini bisa berinteraksi langsung dengan anak-anak. Melalui live streaming, anak-anak bisa melihat gurunya, namun kelemahannya tidak bisa mengecek anak-anak yang tidak hadir.

“Meski demikian anak-anak yang tidak hadir hadir, semisal HP nya dibawa oleh orang tuanya, mereka tetap bisa menyaksikan siaran ulang atau rekaman youtube yang sebelumnya,” kata dia

Ia juga mengatakan pembelajaran di rumah dibuat tidak memberatkan, ia juga memberikan tugas yang sesuai dengan perangkat yang dimiliki siswa.

Dimasa pandemi ini, yang utama bukan target materi belajar, tapi esensi hasil belajar siswa. Itu bisa dilihat pada keuletan siswa, partisipasi, hingga kedisiplinan dan kejujuran siswa.

Kolaborasi dengan orang tua memang sangat diperlukan sehingga formulasi pembelajaran online saat ini bisa berjalan dengan baik. Saat ini sekolah bukan lagi bangunan fisik, namun setiap orang tua adalah guru, dan setiap rumah adalah sekolahan.

Segala upaya harus dilakukan untuk membekali anak, agar memiliki ilmu pengetahuan yang baik untuk masa depan.Diskusi yang berlangsung satu setengah jam itu berlangsung interaktif. Termasuk masukan dan pertanyaan dari peserta diskusi yang berasal dari, Purwokerto, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen. (Saw)

Beri komentar :
Share Yuk !