Dipertan Cilacap Anjurkan Tanam Porang di Lahan Nganggur

CILACAP- Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap terus mendorong pemanfaatan lahan nganggur untuk menanam tanaman produktif. Salah satu tanaman yang sedang dikenalkan ke masyarakan adalah porang.

Tanaman porang merupakan tanaman umbi-umbian dengan nama latin Amorphophallus Muelleri. Porang biasanya diolah menjadi tepung untuk bahan baku industri, kosmetik, pengental, lem, dan campuran makanan. Sehingga tanaman porang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Mlati Asih, budidaya porong sudah ramai diterapkan di beberapa wilayah Cilacap. “Sudah mencakup beberapa wilayah di Cilacap seperti Dayeuhluhur, Majenang , Cipari dan Cimanggu, “ jelas Mlati Asih saat diskusi daring bersama Kebumen Ekspres dan Banyumas Ekspres.

Menurut Mlati, budidaya porang di Cilacap sudah mencapai 20 hektar. Dengan harga bibit mencapai Rp200-300 ribu perkilonya. “Bibit sudah tersedia. Untuk keperluan bibit masyarakat bisa berkomunikasi dengan Dinas Pertanian Cilacap,” tambah Mlati.

Lebih lanjut Mlati Asih menjelaskan, budidaya tanaman porang sangat menjanjikan.
Komoditas porang mempunyai masa depan yang bagus. Baik dari sisi manfaat dan juga sisi kebutuhan pasar. “Hal itu tentunya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Cilacap khususnya petani. Banyak warga Cilacap dari luar kota pulang ke desa dan memilih bertanam porang,“ tambah Mlati Asih.

Meski begitu, menurut Mlati Asih, porang tetap masih menjadi komoditas baru yang masih harus dikenalkan lebih luas lagi ke masyarakat. Di Cilacap saja menurut Mlati Asih, belum ada investor atau pengepul yang menampung hasil porang ini.

Lebih lanjut Mlati Asih menjelaskan, Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap tidak mengharuskan masyarakat menaman porang. Hanya pengenalan saja. Masyarakat diberikan keleluasaan untuk memilih komuditas apa yang akan ditanam. “Sebagian besar di Cilacap juga membudidayakan palawija, kacang kedelai, jagung kacang dan juga umbi-umbian. Yang penting, jangan sampai ada lahan produktif tapi dibiarkan menganggur,” pungkasnya. (silfi/acd)

Beri komentar :
Share Yuk !