Gunakan Teknologi MOF, Desa Bunton Jadi Sentra Bawang Merah, Bisa Panen Puluhan Ton

CILACAP – Petani di Desa Bunton Kecamatan Adipala kini bisa berbangga dengan hasil pertanian Bawang merah yang dihasilkan. Berkat keuletan dan inisiatif yang dilakukan, Gapoktan Karya Tani berhasil panen puluhan ton Bawang merah.

Saat Banyumasekspres.id bersama BI Purwokerto berkunjung ke desa Bunton, Rabu 1 November 2023, terlihat persemaian Bawang merah yang ditanam dari biji.

Selain itu, petani juga menunjukkan cara menang biji Bawang merah dari biji, menggunakan alat yang dinamai Modified of Farmers (MOF) .

Alat berbentuk segi panjang seperti nampan dengan kaca yang diberi lubang. Lubang tersebut menyesuaikan ukuran papan media tanam. Hanya dengan menabur biji lalu diayak, maka biji bawang merah sudah bisa masuk ke media tanam dengan tepat.

Alat ini juga memudahkan petani saat mereka hendak melakukan penyemaian.

Gapoktan Karya Tani Desa Bunton yang terdiri dari sembilan kelompok tani yang saat ini fokus pada produksi bawang merah.

Sejak tahun 2018, petani setempat telah mulai menanam bawang merah, dengan fokus pada masa tanam ke tiga (MT III).

Deputi Kepala Perwakilan BI Purwokerto, Mursidi mengungkapkan, Bank Indonesia turut serta dalam memberikan pendampingan kepada petani tersebut. Pendampingan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari peningkatan teknologi pertanian, hingga pengolahan, dan pergudangan.

Adapun Luas lahan bawang merah di Gapoktan Karya Tani Bunton bervariasi setiap musim tanamnya, berkisar antara 5 hingga 25 hektar. Luas tanam tertinggi tercatat pada MT III, pernah mencapai 25 hektar.

Bank Indonesia juga memperkenalkan teknologi budidaya bawang merah dengan biji (TSS) kepada petani di Bunton.

Selain memiliki biaya produksi yang lebih rendah, metode ini juga menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi.

Hasil ubinan bersama Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa bawang merah dari benih TSS di Bunton dapat menghasilkan hingga 21 ton per hektar, sementara biasanya hanya mencapai 8-11 ton per hektar.

” Kami mendorong sektor pertanian khususnya Bawang merah di Cilacap untuk lebih produktif, optimalisasi pertanian ini juga bagian dari upaya pengendalian inflasi daerah, ” ungkap Mursidi.

Meskipun adopsi teknologi budidaya bawang merah TSS biasanya berlangsung lambat di daerah lain karena teknis persemiannya yang sedikit lebih rumit, petani bawang merah di Bunton telah berhasil mengatasi kendala ini.

Mereka menemukan solusi lokal dengan menciptakan alat semai biji TSS semi-otomatis yang menggunakan sistem pegas, sehingga teknis pembuatan pesemaian dengan benih TSS tidak lagi menjadi kendala.

Selama proses pembinaan ini, Bank Indonesia bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sementara itu Parijan Arif Ashari Ketua Gapoktan Karya Tani Desa Bunton mengungkapkan, budidaya Bawang merah berhasil memberikan dampak ekonomi yang bagus.

Saat panen raya kemarin petani menjual di harga Rp 13 ribu. Meskipun harga sedang turun, namun masih bisa mendapatkan untung.

Dengan menanam Bawang merah dari biji, biaya lebih efisien. Hasil panen dapat disimpan maksimal 7 hari setelah panen.

Sementara itu pola pengairan yang dilakukan, yakni dengan menggunakan semprot springkle. Pengairan dilakukan dua jam per hari. Sedangkan panen dilakukan setelah usia tanam tiga bulan.

Desa Bunton, melalui upaya Gapoktan Karya Tani, telah membuktikan bahwa dengan pendampingan yang tepat dan adopsi teknologi yang cerdas, sektor pertanian bawang merah dapat berkembang pesat, memberikan manfaat bagi para petani, serta berkontribusi pada peningkatan produksi bawang merah di Kabupaten Cilacap.


Beri komentar :
Share Yuk !