Untuk Kemandirian Pesantren, BSN Al Ihya Budidayakan Maggot BSF

CILACAP-Dikenal sebagai solusi permasalahan sampah, ternyata Bank Sampah Nusantara atau lebih dikenal dengan BSN Al Ihya, di Pondok Pesantren Al Ihya ‘Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap memiliki fungsi lain yakni budidaya Maggot BSF. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk kemandirian pesantren

BSN Al Ihya berdiri pada tahun 2012. BSN Al Ihya berperan dalam mengelola sampah pesantren dengan cara memilah sampah di sumbernya, yakni dengan memisahkan antara sampah organik dan anorganik yang masih bisa dimanfaatkan kembali.

Sampah anorganik diubah menjadi barang yang bernilai jual. Sedangkan sampah organik dimanfaatkan untuk membuat kompos. Tetapi adanya kendala waktu pengomposan cukup lama dan membutuhkan tempat yang cukup luas. Karena sampah organik semakin banyak maka terbentuklah ide pengelolaan Maggot BSF.

“Sampah organik Pondok Al Ihya kurang lebih satu hari mencapai 250 hingga 300 kg sampah. Membuat kompos membutuhkan waktu yang lama, memerlukan tempat yang luas dan mengeluarkan bau yang menyengat. Jadi kita ganti dengan memanfaatkan Maggot BSF,” ujar Dedi Alfian selaku pengelola budidaya maggot BSF, Jumat (18/02)

Menurutnya, Maggot BSF (Black Soldier Fly) dengan nama latin hermetia illucens atau dalam bahasa Indonesia disebut Lalat Tentara Hitam, merupakan jenis lalat dari yang ternyata memberikan banyak manfaat bagi manusia. Selain untuk menguraikan sampah organik, maggot BSF ini juga memiliki nilai ekonomi dan juga menjadi sumber protein untuk pakan ternak. Fase hidupnya terbilang singkat hanya rata-rata 7 hari, BSF adalah jenis lalat yang tidak membawa penyakit bagi manusia.

“Awal pengelolaan Maggot BSF, kita mempunyai kandang 4 kotak. Sekarang sudah 24 kotak. Cara membuat maggot juga gampang, kita bisa mancing di alam cukup dengan media sampah organik. Bisa juga dengan membeli telur melalui budidaya maggot,” imbuhnya.

Siklus lalat BSF ini, lanjut dia ada 5 fase yaitu telor, mini larva, maggot, fresh maggot, trus ada pra pupa, pupa, lalat. Dari siklus ini umurnya 35 hari. Lalat BSF bertelor kurang lebih 3 hari sudah menetas. Setelah menetas menjadi mini larva 5 hari, ketika sudah besar umur fresh magot 15 hari sampai 17. Saat itu kandungan proteinnya sangat. Biasanya untuk peternak masa panennya di umur 15 hari. Setelah 20 hari sampai 25 hari sudah mulai hitam, namanya pra pupa. Pra pupa sudah tidak mau makan tetapi dia masih hidup. Biasanya dia mencari tempat yang nyaman untuk dia berubah menjadi pupa. Setelah itu umur 35-40 menjadi lalat.

“Produk dari budidaya maggot ini banyak dari 5 siklus tadi. Untuk pemasaran sudah sampai Kalimantan, Sulawesi, Jawa, sumatera. Produk yang kita jual ada maggot kering, Pra pupa, telor magot. Hasil dari penjualan untuk operasional kita mandiri. Dari awal kita memang menginginkan Untuk kemandirian pesantren Setidaknya kita tidak membebani utuk biaya terkait penanganan sampah. Anggota tim kita ada 8 mereka termasuk santri.

Untuk harga maggot mulai dari telor per gram Rp3.500, untuk fresh magot harganya Rp7.000 per kg, untuk pra pupa itu Rp 45.000, pupa Rp70.000, maggot kering Rp60.000. “Sehari kita panen 20kg. Selain untuk di jual magot juga untuk pakan ternak sendiri. Kita berharap kedepanya semoga magot ini semakin berkembang,” pungkas Dedi. (Asri/Novi)

Beri komentar :
Share Yuk !