Warga Dayeuhluhur Gelar Tradisi Ngayun Kawih Runcang

DAYEUHLUHUR–Wilayah Kecamatan Dayeuhluhur yang berbatasan dengan wilayah Jawa Barat sangat berdampak pada adat istidat dan budaya serta bahasa.

Tidak hanya memiliki kesamaan dalam berbahasa yakni sunda tapi juga kesenian,tradisi juga banyak kesamaan.

Diantaranya tradisi Ngayun Kawih Runcang yakni selamatan menyambut bayi yang baru lahir terutama pada bulan Safar, oleh sesepuh perempuan yang disebut Nini paraji yang biasa dilaksanakan masyarakat sunda Jawa Barat juga dilakukan di Dayeuhluhur.

Seperti halnya yang dilakukan warga di Blok Cimanggu Dusun Sukajaya Desa Bolang Kecamatan Dayeuhluhur yang baru memiliki bayi yang baru dilahirkan melaksanakan tradisi Ngayun Kawih.

Menurut Pegiat budaya dan Ketua Adat Kecamatan Dayeuhluhur Ceceng Rusmana, sebelum Prosesi ritual Nayun Kawih dilaksanakan orang tua bayi terlebih dahulu menyiapkan berbagai macam barang maupun bahan untuk dibuat sesaji.

Meliputi air dari tujuh muara,daun-daunan, akar-akaran, umbi-umbian untuk digantungkan di atas tiang ayunan dari kain yang diikatkan dengan tali tambang dengan palang bambu kuning yang dihiasi rumput palias, daun Sirih, umbi-umbian, aneka jajanan pasar, lauk pauk, kayu bakar dan Bintinu.

Prosesi dimulai dengan memandikan bayi menggunakan air dari tujuh muara sambil dibacakan doa khsus bagi bayi oleh nini paraji.

Setelah dimandikan bayi didandani dan dibawa keluar rumah oleh Nini Paraji dengan membawa pisau dan jahe alas sebagai simbol untuk belajar bercocok tanam.

Kemudian bayi dibawa masuk kembali ke rumah diletakan disarung bersamaan dengan pakaian bayi, lalu bayi ditimbang dengan pemberat karung berisi biji-bijian dan hasil bumi dipikul dibawa keluar oleh pihak keluarga untuk berkeliling kampung seperti sedang berdagang.

Warga yang berada diluar berebut membeli baju dan biji bijian yang dipikul sedangkan bayinya dibawa masuk oleh orang tuanya, dan melaksanakan prosesi ritual Diradinan (disucikan) agar bayi baik,pintar,sehat dan lalun memberikan nama pada bayi tersebut sesuai keinginan orang tuanya.

Kemudian bayi di percantik disisir, dipasang perhiasan diikatkan dengan benang putih sebagai kalung, gelang kaki dan tangan.

“ Setelah selesai bayi dinaikkan ke dalam ayunan, sambil mengayun diiringi doa dan Kidung Kawih Runcang sampai bayinya tertidur, prosesi diakhiri dengan doa syukuran makan bersama keluarga maupun tetangga.” Terangnya. Senin (26/9)

Sementara itu Nini Surnah (49) Warga Desa Bolang selaku Nini Paraji mengaku Tradisi Ngayun Kawih Runcang merupakan warisan leluhur dan sudah ada sebelum Dia dilahirkan.

Sampai sekarang tradisi adat tersebut masih ada dan dilaksanakan oleh masyarakat, sebagai tradisi sangat baik bagi kehidupan manusia dari sejak lahir dengan harapan setelah dewasa nanti benar-benar menjadi manusia sempurna dan berguna dalam menjalani kehidupannya kelak.

“Kami sangat bersyukur Adat, tradisi ini sampai sekarang masih dijalankan dan dilestarikan oleh masyarakat, menjadi ciri khas budaya Dayeuhluhur.” Pungkasnya. (lim).

Beri komentar :
Share Yuk !