Kasihan, Istri Terkena Kanker Payudara Suami Menderita Saraf Kejepit

DUKUHTURI – Melihat kondisi sepasang suami istri yang berasal dari Desa Sutrapranan RT 08 RW 02 Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal sangat memprihatinkan. Penyakit yang diderita keduanya tidak tanggung-tanggung, mereka berjuang melawan penyakitnya.

Laki-laki itu bernama Sukasmo (57) penderita sakit saraf kejepit (pinched nerve) yang sudah lama dideritanya. Sedangkan istrinya yang bernama Duriah (55) juga mengidap penyakit kanker payudara.

Ketika mendatangi rumahnya, Sukasmo tidak bisa melakukan apapun hanya bisa berbaring yang beralas tikar di lantai. Saat Sukasmo menggerakan tubuhnya ia merasa kesakitan.

Penyakit saraf kejepit yang diderita Sukasmo sudah cukup lama hampir tujuh tahun. Untuk berobat terakhir kalinya pada Desember 2020 di RSU Singkil Adiwerna.

Sempat disarankan untuk menjalani operasi di RSUP Kariadi Semarang. Sukasmo menolak rujukan itu, ungkapnya tidak mempunyai ongkos untuk berobat ke Semarang.

“Sejak 2020 sampai sekarang, saya hanya mengonsumsi obat warung (montalin). Sebenarnya saya punya KIS (Kartu Indonesia Sehat), tetapi saya tidak punya uang untuk pergi ke Semarang,” ungkap Sukasmo, saat ditemui di rumahnya, Selasa (15/2)

Dengan kondisi rumah Sukasmo yang sempit, merupakan warisan dari orang tuanya. Hanya ada tempat tidur yang terbuat dari kayu (dipan) di ruang tamu.

Jika ada tamu dipan itu digunakan untuk duduk. Dengan lantai yang masih tanah. Dinding yang juga sudah rapuh. Sebelumnya, Sukasmo bekerja sebagai kernet elf, namun kini hanya bisa mengandalkan penghasilan istrinya.

“Walau istri saya masih merasa nyeri, akibat kanker payudara. Namun dia tetap berjualan jamu keliling,” ujarnya.

Kini Duriah mengaku, berjualan jamu kunyit asem setiap hari. Jamu yang dibuat dengan tangan anaknya yang sekarang masih sekolah kelas XI SMK Bhakti Praja Adiwerna.

Jamu yang sudah dibungkus, lalu berkeliling kampung. Penghasilan kotor setiap harinya Rp30 ribu. Ketika dipotong untuk modal hanya tersisa Rp15 ribu saja.

“Uang itu lah yang saya gunakan untuk kehidupan sehari-hari. Sejujurnya tidak cukup, tapi mau bagaimana lagi. Saya juga hutangnya banyak sekali. Itu semua untuk makan dan beli obat,” ucap Duriah, dengan meneteskan air mata.

Setiap mengelilingi kampung, Duriah selalu menahan nyeri pada payudaranya. Dia sudah melakukan operasi kankernya di RSU Singkil Adiwerna.

KIS digunakan dia untuk operasi. Disarankan ibu satu anak ini untuk terus berobat di RSUP Kariadi Semarang. Namun biaya lagi yang menjadi kendala Duriah.

Tepaksa rujukan itu diabaikan dan obat warung menjadi pilihan untuk dikonsumsinya. “Sampai sekarang, payudara saya masih sakit. Kalau sakit saya ya beli obat di apotek,” ungkapnya sedih.

Semakin hari semakin parah kondisinya. Berharap anaknya bisa lulus SMK, tetapi membayar SPP saja dia merasa kesulitan.

Anaknya selama ini tidak mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Melainkan keluarganya tidak mendapatkan Program Keluarga Harapan (PKH).

Sempat mendapatkan bantuan korban Covid-19 dari pemerintah yaitu berupa uang tunai. Sampai saat ini, dia selalu berdoa untuk bisa mendapatkan kemudahan untuk operasi di Semarang, juga untuk pengobatan suaminya.

“Setiap hari saya selalu berserah diri kepada Allah SWT agar penyakit saya dan suami cepat pulih. Saya juga berdoa agar hutang-hutang saya bisa segera dilunasi,” ucapnya sembari meneteskan air mata. (put)

Beri komentar :
Share Yuk !