Meskipun Sakit, Direktur RSI Banjarnegara Manfaatkan Waktu untuk Inisiasi Sister Hospital RS St Elisabeth

KUNJUNGAN : dr Agus Ujianto Msi Med SpB (kaos hitam) saat mendapat kunjungan dari manajemen Rumah Sakit St Elisabeth.

SEMARANG – Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, selama lebih 15 tahun terakhir, penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian global .

Salah satu penyebabnya adalah belum merata ketersediaan layanan kardiovaskular pada setiap rumah sakit di Indonesia.

Untuk itu, pada tahun 2023 ini, Kementerian Kesehatan menargetkan peningkatan ketersediaan layanan untuk menangani penyakit kardiovaskular di setiap rumah sakit jejaring (sister hospital) yang tersebar di 20 provinsi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, pada acara BLU Expo: RS Jejaring Mempermudah Akses Layanan Kesehatan, daring, beberapa waktu lalu, mengatakan program sister hospital merupakan salah satu transformasi layanan rujukan yang dilakukan Kemenkes.

Program ini berfokus pada penyakit katastrofe dengan tingkat kematian dan beban pembiayaan yang besar. Salah satunya penyakit jantung.

BACA JUGA : Unisulla Ingin Kembangkan Kerjasama Keperawatan Spiritual di RSI Banjarnegara

“Reformasi sistem kesehatan Indonesia meliputi enam pilar transformasi. Salah satunya adalah transformasi layanan rujukan yang bertujuan meningkatkan akses dan mutu rumah sakit Indonesia melalui program sister hospital dengan rumah sakit internasional, pengembangan center of excellence, sistem pengampuan jejaring rumah sakit dan pelaksanaan pendidikan dan penelitian,” ujarnya.

Selanjutnya, strategi yang dilakukan ialah pembinaan manajemen terhadap RS jejaring, pembinaan kompetensi kepada dokter dan perawat, dan mewajibkan RS jejaring membuat rencana strategik pelayanan kardiovaskular.

Mengingat pentingnya peran sister hospital, direktur RSI Banjarnegara dr Agus Ujianto MSI., Med., Sp.B., selalu berusaha melakukan kerjasama sister hospital dengan rumah sakit rumah sakit lain untuk semakin meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

Seperti yang kali ini dilakukan, meski sedang sakit dan harus menjalani tindakan kateterisasi jantung di Rumah Sakit St Elisabeth Semarang, dr Agus memanfaatkan kesempatan untuk melakukan inisiasi sister hospital dengan RS St Elisabeth.

“Pelayanannya bagus, dokternya dan peralatan modern terbaru yang canggih, dengan program sister hospital pasti akan sangat banyak memberikan manfaat,” ujar Agus Ujianto selepas mendapat kunjungan dari Manajemen Pelayanan Medik dan Penunjang Medik serta Humas Rumah Sakit

“Kami bicara tentang kerjasama sister hospital untuk pasien rujukan, dan lain lain, jadi mumpung saya lagi berobat dan kateterisasi jantung di sini, terus pelayanannya bagus jadi ya sekalian merintis sister hospital, tujuannya agar pelayanan kesehatan pada pasien menjadi lebih maksimal, itu saja,” jelasnya yang juga merupakan Ketua IKA Unissula Semarang dan juga Ketua Perhimpunan Kedokteran Digital Terintegrasi Indonesia (predigti).

Rumah Sakit St Elisabeth Semarang sendiri didirikan pada tanggal 18 Oktober 1927 dan memiliki Visi Menjadi Rumah Sakit yang mengutamakan keselamatan, mutu, dan terpercaya serta menjadi sarana cinta kasih Tuhan.

Dengan Misi menyediakan layanan yang bermutu dan profesional, pelayanan yang berpusat pada tamu illahi, membangun persaudaraan sejati diantara pelayan Kesehatan, pasien, dan masyarakat tanpa membedakan status sosial, golongan,dan agama, serta menjadikan Rumah Sakit sebagai Heritage dan Green Hospital.

Beralamat di Jl. Kawi 1, Wonotingal, Kec. Candisari, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rumah Sakit St. Elisabeth berstatus rumah sakit umum (RSU) milik Swasta dan merupakan salah satu rumah sakit tipe B .

Rumah sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang didukung oleh layanan dokter spesialis dan sub spesialis, serta ditunjang dengan fasilitas medis yang memadai. (*)

Beri komentar :
Share Yuk !