Sektor Perbankan Indonesia Tetap Solid di Tengah Ketidakpastian Global

JAKARTA – Di tengah gejolak ekonomi global yang diwarnai oleh tingkat suku bunga AS yang tinggi dan keyakinan akan berlangsungnya periode “higher for longer,” industri perbankan Indonesia menunjukkan ketahanan dan kestabilan yang luar biasa. Salah satu indikator kunci keberhasilan sektor perbankan adalah tingkat permodalan (Capital Adequacy Ratio, CAR) yang tinggi, mencapai 27,41 persen, jauh di atas rata-rata CAR negara-negara lain yang sebagian besar di bawah 20 persen. Keberhasilan ini merupakan hasil dari kebijakan prudential yang konservatif yang diterapkan oleh otoritas perbankan Indonesia.

Hal itu diungkapkan Mirza Adityaswara selaku Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keu ( OJK) Jakarta mengungkapkan, Kinerja perbankan dalam melakukan intermediasi tetap kuat, dengan pertumbuhan kredit per September 2023 mencapai 8,96 persen year-on-year (yoy). Pertumbuhan tertinggi terlihat pada sektor kredit investasi yang mencapai 11,19 persen yoy. Bank Umum Swasta Domestik menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan kredit pada bulan tersebut, dengan pertumbuhan sebesar 12,19 persen yoy. Pada bulan-bulan sebelumnya, pertumbuhan tertinggi dikontribusikan oleh Bank BUMN.

Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam perbankan juga menunjukkan pertumbuhan, dengan pertumbuhan DPK mencapai 6,54 persen yoy pada September 2023. Giro menjadi kontributor terbesar dalam pertumbuhan ini, mencapai 9,84 persen yoy. Pertumbuhan DPK yang moderat sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat dan kebutuhan investasi korporasi setelah pencabutan status pandemi Covid-19.

Likuiditas perbankan pada September 2023 berada pada tingkat yang memadai, dengan rasio-rasio likuiditas jauh di atas level yang diawasi. Meskipun terjadi penurunan kecil dalam rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK), keduanya tetap jauh di atas batas minimum yang ditetapkan.

Kualitas kredit perbankan tetap terjaga, dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,77 persen dan NPL gross sebesar 2,43 persen. Penurunan jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 berdampak positif pada penurunan rasio Loan at Risk menjadi 12,07 persen. Jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 yang bersifat targeted mencapai 43,32 persen dari total porsi kredit restrukturisasi.

Meskipun imbal hasil surat utang AS masih tinggi dan mempengaruhi yield Surat Berharga Negara (SBN), perbankan telah mengambil langkah-langkah untuk mengelola risiko ini, seperti penyesuaian durasi SBN dan rebalancing jenis portfolio. Terkait pelemahan nilai tukar Rupiah, portfolio perbankan secara umum tidak terlalu terpengaruh karena Posisi Devisa Neto (PDN) perbankan tetap stabil di level yang aman.

Hasil asesmen menyatakan bahwa sektor perbankan tetap resilient dan mampu menghadapi potensi risiko di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian. Otoritas perbankan terus melakukan stress test untuk memastikan ketahanan permodalan dan likuiditas sesuai dengan prinsip manajemen risiko. Ini merupakan kabar baik bagi perekonomian Indonesia yang terus berkembang.

Beri komentar :
Share Yuk !