JAKARTA – Kasus Briptu Christy Triwahyuni Cantika Sugiarto menjadi buah bibir karena kasusnya yang cukup unik.
Hal itu dikatakan oleh Saiful Anam, Direktur Pusat Politik Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI) pada Selasa (15/2/2022)
“Saya kira kasus yang dialami Briptu Christy ini sangat unik,” ujar Saiful Anam.
Dia bahkan menyebut keunikan kasus polwan cantik Polresta Manado itu merupakan hal yang jarang terjadi.
“Sebab, sangat jarang sekali polisi menetapkan daftar pencarian orang kepada anggotanya sendiri,” bebernya.
Pakar hukum tata negara itu menduga, polemik Briptu Christy menjadi viral tak hanya sebab paras cantiknya saja.
Namun juga beredarnya berita adanya keterkaitan perwira polisi di balik kasus itu.
Saiful menuturkan jika memang benar terdapat keterkaitan tersebut, maka pasti ini menjadi pekerjaan rumah Polri untuk menyelidiki apa dan bagaimana di balik itu semua.
Sedangkan, Sugeng Teguh Santoso selaku Ketua Indonesia Police Watch (IPW) menyatakan bahwa Polda Sulawesi Utara berlebihan dalam menangani kasus Briptu Christy yang disebut hanya desersi.
Menurutnya, persoalan desersi cukup melibatkan Propam dan intel, tak sampai membentuk tim gabungan. Ia menduga terdapat suatu persoalan besar yang terjadi dalam kejadian tersebut.
Sugeng menduga Briptu Christy tengah berhubungan dengan perwira polisi, namun tak merasa nyaman kemudian pergi melarikan diri. Maka dari itu, Sugeng mendesak Polri untuk memeriksa perwira polisi yang dimaksud.
Sementara Edi Hasibuan selaku Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan, kasus Briptu Christy sangat penting.
Menurutnya, terdapat alasan ain yang menjadi dasar atas kaburnya Briptu Christy sampai ditetapkan sebagai DPO.
Pada Jumat (11/2/2022) Edi mengungkap adanya dugaan atas kaburnya Christy sebab selama ini tertekan untuk melindungi seseorang yang terkait masalah pribadi.
“Saya pikir dalam hal ini sebaiknya diserahkan ke polisi demi mengungkap masalah sebenarnya,” lanjutnya.
