Pertama Kali Haul Syekh Nahrawi Digelar di Purbalingga

PURBALINGGA – Untuk pertama kalinya, Pemerintah Kabupaten Purbalingga menggelar Haul Akbar Syekh Nahrawi Al Banyumasi. Hadir dalam kegiatan ini Forkopimda Kabupaten Purbalingga, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat Kabupaten Purbalingga.

Rangkaian kegiatan Haul yang mengambil tema “Kita Rajut Tolerasi untuk Purbalingga yang Beradab dan Berbudaya” dilaksanakan mulai tanggal 24 sampai dengan 25 Juni 2022 dengan berbagai rangkaian acara. Diantaranya yaitu Karnaval Seni dan Budaya, Kirab dan Apel Kebangsaan, Dialog antar Umat Beragama dan sebagai puncak acara dilaksanakan pengajian bersama ulama sekaligus tokoh Karismatik Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya yang juga merupakan anggota dari Dewan Pertimbangan Presiden RI.

Bertindak sebagai Inspektur Upacara di Alun-alun Purbalingga saat Apel Kebangsaan yaitu Dandim 0702/Purbalingga Letkol Inf Dipo Sabungan Lumban Gaol, Sabtu, (25/6/2022).

Dalam sambutanya, Dandim 0702/Purbalingga menyampaikan jika kegiatan yang dilaksanakan yaitu dalam rangka Haul Akbar Syekh Ahmad Nahrowi Al Banyumasi, diharapkan kita semua khususnya masyarakat Purbalingga dan sekitarnya dapat selalu senantiasa mengingat guru-guru pendahulu kita.

Syekh Ahmad Nahrowi Al Bayumasi itu sendiri adalah seorang ulama yang berasal dari Purbalingga dan sangat masyhur di tanah Arab

Pada kesempatan itu Dandim juga menambahkan jika masyarakat Purbalingga harus bergotong royong, saling membantu, saling menjaga dan bertenggang rasa, hal itu dilaksanakan dengan tujuan tercapainya Purbalingga yang aman, nyaman, dan sejahtera.

“Yakinlah dengan kita tidak menyatu, tidak bersama, tidak rukun dan tidak damai, maka sebaik apapun tujuan dan program pembangunan tidak akan tercapai,” tambahnya.

Dalam pengajiannya, Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya turut mengingatkan jamaah dan tamu undangan yang hadir agar tetap memperkokoh nasionalisme, persatuan dan kesatuan bangsa, ia bahkan mencontohkan meski dijajah 350 tahun oleh Belanda namun masyarakat Indonesia hanya sedikit sekali yang dapat berbahasa Belanda karenanya jiwa nasionalisme harus terus dijaga.

Ia juga turut mencontohkan pesan moral dari para sesepuh tentang cinta tanah air yaitu melalui tradisi sedekah bumi maupun sedekah laut dimana menurutnya hal itu mengandung filosofi rasa memiliki akan tanah air sehingga terwujudlah penanaman cinta tanah air. Lalu ia juga turut mengingatkan saat membangun sebuah rumah khusunya di Jawa, dimana ada tradisi memasang bendera merah putih saat membangun rumah saat mulai membangun atap.

“Saat membangun rumah ada tradisi memasang bendera merah putih, dikemas dalam bentuk tradisi agar tidak mencolok diketahui penjajah saat itu dengan tambahan janur, pisang, maupun lainnya tetapi sampai dengan akhir hanyalah merah putih yang tidak pernah berubah karena kering atau sebab lainnya,” terangnya.(SF)

Beri komentar :
Share Yuk !