Bupati: Saya Pantau Pada “Berebut” Pasien Covid

BANJARNEGARA – Nominal klaim perawatan pasien Covid-19 tinggi disinyalir membuat rumah sakit “berebut” pasien Covid-19. Klaim paling kecil Rp 6.250.000 dan paling tinggi Rp 10 juta per hari.

Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono mengatakan dari pantuannya, rumah sakit di Kabupaten Banjarnegara “berebut” pasien Covid-19.

“Jadi klaim di rumah sakit ini di kabupaten saya Banjarnegara ini kalau saya pantau, pada berebut gitu. Berebut pasien yang Covid. Karena standaranya agak lumayan juga.

Yang saya ketahui sampai saat ini, laporan dari dinas saya itu untuk biaya tiap hari itu Rp 6.250.000 minimal, maksimal sampai Rp 10 juta,” kata dia, Senin (28/6). Klaim untuk perawatan pasien Covid-19 ini maksimal 14 hari.

Bupati meminta agar klaim ini distandarkan. “Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, tolong distandarkan yang biasa. Agar kita nawaitunya benar-benar berjuang untuk Pancasila. Bagaimana kita mengabdi untuk masyarakat yang betul-betul. Jangan sampai salah satu sisi oknum memberikan kebijakan biaya, ada oknum yang melirik,” ungkapnya.

Dia mengatakan Banjarnegara merupakan kota kecil. Besaran klaim yang ada sekarang dinilai besar. “Satu hari klaim Rp 6.250.000 minimal, banyak sekali yang tertarik,” ungkapnya. Menurut dia, jika 10 orang di SWAB, yang Covid tujuh atau enam orang. “Lha terus saat-saat sekarang ini melonjak, rumah sakit penuh,” paparnya.

Bupati berharap pemerintah pusat bisa menurunkan Balai Litbang untuk mengecek kondisi di lapangan. “Dan perlu juga diperhatikan Lab PCR harus yang ndependen betul, kalibrasi benar.

Arena saya sendiri sudah banyak laporan, ada seseorang dia melakukan SWAB. Di rumah sakit A positif, di laboratorium yang betul-betul profesional negatif. Jamnya sama, hanya selisih 10 menit, pada waktu melakukan SWAB, yang satu negatif yang satu positif,” jelasnya.

Dikatakan, saat ini orang sakit juga takut berobat ke Puskesmas atau rumah sakit karena takut di SWAB. Menurut Budhi, menjadi beban berat bagi orang kampung yang dinyatakan positif Covid-19. “Kita cerita jujur ya, orang di kampung ini kalau denger di SWAB takut sekali.

Apalagi hasilnya positif, itu kan bebannya luar biasa. Tetangganya takut semua, ngga ada yang mau mendekat. Keluarganya sendiri juga takut, yang sakit tidak mau ke rumah sakit, diam di rumah, tidak mau minum obat,” kata dia. Setelah parah baru dibawa ke rumah sakit.

“Baru di bawa ke rumah sakit dalam keadaan sudah berat, di SWAB lagi terpapar Covid, terakhir di karantina tidak boleh ditengok, mentalnya turun. Dua tiga hari langsung wassalam,” lanjutnya. (drn)

Beri komentar :
Share Yuk !