Pekerjaan di Sumur Panas Bumi 28 Dihentikan, Tunggu Hasil Investigasi

BANJARNEGARA – Selama menunggu hasil investigasi, pekerjaan di sumur panas bumi (well pad) 28 dihentikan. Pipa pada sumur 28 ini mengalami kebocoran pada Minggu (13/3) siang. Satu orang pekerja meninggal dunia karena gas beracun H2S.

General Manager PT Geo Dipa Energi (Persero) Budi Santoso mengatakan proses pekerjaan di pad 28 dihentikan hingga proses investigasi selesai oleh pihak berwenang dan pihak Dirjen EBTKE Kementerian ESDM. Pekerjaan akan dilanjutkan setelah diketahui penyebabnya dan dilakukan upaya-upaya koreksi agar kejadian serupa tidak terulang.

Dikatakan, sumur yang bocor ini telah dilepas dari sistem. “Jadi pipa penyalur dari kepala sumur ke seperator sudah dilepas. Terpisah dari sistem pembangkitan kami,” ungkapnya. Pengaruhnya tidak dapat uap panas dari sumur tersebut karena belum selesai untuk program pembersihannya.

Dikatakan, sumur yang saat ini berproduksi total ada tujuh sumur. “Sumur yang lainnya yaitu Pad 30 juga belum diaktifkan, tapi pembersihannya telah selesai dilakukan,” jelasnya.


Dia mengatakan ada dua sumur produksi yang sedang dilakukan program pembersihan. Sumur 30 sudah selesai pembersihannya, tinggal merapikan. “Sumur 28 B, yang TKP laka, belum bisa,” jelasnya.

Sumur lainnya yaitu sumur 31 dengan kapasitas 18 MW, sumur 7 C sekitar 8 MW, sumur 7 B dengan kapasitas 2 sampai 3 MW, sumur 29 sebesar 3 MW dan sumur 29 A yang satu rotasi dengan sumur yang diperbaiki 16 mega watt. “Total dengan sumur yang belum aktif, kami masih bisa membangkitkan 45 MW,” jelasnya.

Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero) Riki Firmandha Ibrahim mengatakan sumur di Banjarnegara kebanyakan sumur produktif. “Sumur produktif itu potensinya bisa di atas sekitar 8 – 9 Mega Watt, bahkan bisa sampai 20 Mega Watt,” jelasnya.

Dijelaskan, di pad 28 ada dua sumur produktif yang dipergunakan untuk unit 1. “Sumur 28 A produksi sekitar 16 Mega Watt, sumur 28 B sempat sekitar 8 Mega Watt,” jelasnya.

Kecelakaan kerja berupa kebocoran gas H2 S terjadi saat pembersihan silika yang menumpuk di dalam lubang sumur. Silika menyebabkan produksi listrik menurun. “Tambah lama tambah kecil,” jelasnya. Sehingga perlu dibersihkan agar uap panas tidak tersumbat.

Dikatakan, lebih baik memperbaiki sumur daripada membuat sumur baru. “Sumur produksi ini umurnya bisa sampai 100 tahun. Di Kamojang berusia 40 tahun masih tetap berproduksi. Di Amerika dan Islandia lebih dari 100 tahun,” jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan sumur panas bumi ini merupakan aset negara yang harus dijaga untuk mendukung sistem ketenagalistrikan Jawa Bali menggunakan energi terbarukan panas bumi. Panas bumi tidak bisa diekspor dan harus dikonversi menjadi listrik.(drn)

Baca Juga :

Beri komentar :
Share Yuk !