Ekonomi Belum Pulih, Pasca Restrukturisasi Dicabut Kredit Macet Meningkat

PURWOKERTO – Pasca Pandemi Covid 19 kinerja ekonomi dinilai belum cukup baik. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatnya Non Performing Loan ( NPL) dibandingkan tahun lalu.

Hal itu terungkap dalam diskusi bersama antara Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) Purwokerto bersama wartawan, Rabu 27 September 2023.

Kepala OJK Purwokerto Riwin Mihardi mengungkapkan, kinerja perbankan Juli 2023, mengalami peningkatan NLP 14,84 persen, naik dibanding tahun lalu.

Pasca pandemi, belum sembuh. Pasca restrukturisasi dicabut ternyata banyak yang belum siap. ” Ibarat jaket dilepas langsung kedinginan, ” ungkapnya.

Meski demikian, pada posisi Juli 2023, kinerja perbankan (bank umum dan BPR/S) dari sisi Aset, DPK dan Kredit di eks Karesidenan Banyumas mencatatkan pertumbuhan positif yaitu Aset sebesar Rp50 triliun meningkat 4,54 persen (yoy), Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp41 triliun meningkat 1,89 persen (yoy) dan Kredit sebesar Rp41 triliun meningkat 13,57 persen (yoy).

Selanjutnya, perkembangan BPR/S di wilayah kerja Kantor OJK Purwokerto per Juli 2023, secara yoy aset dan DPK BPR/S tercatat tumbuh masing-masing sebesar Rp9.886 miliar meningkat 3,78 persen dan sebesar Rp6.235 miliar meningkat 0,48 persen, sementara kredit mencatatkan penurunan sebesar Rp6.137 miliar menurun – 0,56 persen.

NPL tercatat sebesar 14,84 persen atau meningkat signifikan dari posisi Juli 2022 yang sebesar 7,07 persen. Kenaikan NPL tersebut karena dampak dari normalisasi kredit restrukturisasi covid. Sementara rasio LDR tercatat sebesar 82,45 persen

Lebih lanjut diungkapkan, peningkatan NPL juga bisa menjadi indikator UMKM belum pulih, khususnya dilihat dari NPL di BPR/ S yang secara umum memang menggarap sektor bawah.

Pasca pandemi berakhir, OJK melakukan pemeriksaan langsung dengan lebih rigid kepada lembaga keuangan. Sebelumnya, saat pandemi, pemeriksaan hanya dilakukan melalui online.

“Hasil pemeriksaan, sejumlah debitur sudah tidak punya prospek. Maka harus dilakukan pemilihan, jika tidak sanggup maka dilakukan lelang, ” terangnya.

Ada juga temuan banyak usaha debitur BPR yang tidak berjalan, baik UMKM, produsen musiman dll. Ada juga BPR yang membiayai properti. Temuan tersebut menjadi beberapa penyebab penyumbang NPL.

” Ini sedang terjadi di seluruh indonesia, dan Lelang sedang tinggi tingginya.

Sektor usaha masih banyak problem. baik properti, wisata, perhotelan ( bintang satu dan dua) belum pulih.

Meski ekonomi tumbuh, tapi sektor riil belum bergerak maksimal. Bahkan salah satu hotel berbintang di Purwokerto juga menjadi objek lelang.

Artinya peningkatan ekonomi memang harus dilakukan secara sinergis. Inflasi yang berhasil ditekan akan mendorong tingkat daya beli, disisi lain sektor produksi juga tumbuh.

Maka pertumbuhan juga harus dijaga semua pihak, baik dari segi keamanan, kondusifitas, kepastian hukum yang mendukung iklim pertumbuhan ekonomi nasional.

Beri komentar :
Share Yuk !