Membaca Pesantren : Membaca Masa Depan Indonesia

Oleh: Umnia Labibah*

Review Buku “Santri-Pesantren Indonesia ; Siaga Jiwa Raga Menuju Indonesia Emas 2045” yang ditulis oleh Muhammad Arief Albani

Pesantren di masa kini adalah fenomena. Pesantren hari ini semakin diapresiasi eksistensinya dalam berbangsa dan bernegara. Sebagai sub kultur masyarakat Indonesia yang plural dan majemuk, pesantren secara konsisten menunjukan kekuatan kulturalnya menjadi penopang kokohnya NKRI. Dengan model lembaga pendidikan yang khas, pesantren dalam rekaman sejarah telah memainkan perannya sebagai lembaga pendidikan jauh lebih awal sebelum lembaga-lembaga pendidikan tersebar dengan konsep klasikal sebagaimana diselenggarakan oleh sekolah formal pada umumnya. Dengan mengadopsi sistem pendidikan yang diterapkan oleh orang-orang Hindu pra-Islam di wilayah Nusantara, perjalanan kultural pesantren sebagai bagian dari ke-Indonesia-an niscaya tidak bisa dipisahkan.

Membaca buku karya Muhammad Arief Albani, pembaca akan di bawa merasakan betul jejak kultural pesantren yang berjalan seiring dengan jejak kebangsaan bangsa Indonesia.

Buku dengan judul “Santri-Pesantren Indonesia ; Siaga Jiwa Raga Menuju Indonesia Emas 2045”, cukup rigid membawa pembaca menyelami perjalanan sejarah pesantren. Institusi yang lebih dekat dengan pendidikan dan keagamaan ini telah ada di Nusantara jauh sebelum Indonesia merdeka. Dan penulis memberikan fakta dan data bagaimana akar kultural pesantren yang tidak bisa lepas sama sekali dengan jatuh bangunya bangsa Indonesia. Pesantren secara kultural menunjukan sebagai bagian besar dari terbentuknya identitas kultural dan nasional bangsa Indonesia.

Penulis menelusuri keterkaitan antara pesantren dan kebangsaan dan menenun-nya menjadi bagian utuh perjalanan pesantren dalam bingkai yang tidak bisa lepas dari sejarah ke-Indonesia-an. Merunutnya dari zaman pergerakan, kemerdekaan, pra kemerdekaan hingga hari ini, penulis dapat menunjukan kiprah besar pesantren yang bukan saja sekedar di pinggiran bahkan berada di dalam inti gerakan. Dari sini, tampaknya membaca pesantren seolah membaca Indonesia.

Buku ini memberikan pula gambaran pada kita bahwa pesantren yang sering di-stigmakan sebagai tradisional pada dasarnya adalah lembaga sosial yang adaptif dan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.

Pesantren telah terbukti tidak bersikap isolatif dan justru aktif berkontribusi dalam menyelesaikan problem multidimensional yang dihadapi bangsa ini. Dan buku ini memberikan secara garis besar bagaimana pesantren dari masa ke masa beradaptasi dengan situasi sosialnya, dari mulai terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan, hingga lahirnya pahlawan yang sebelumnya didahului oleh resolusi jihad oleh ulama pesantren yaitu KH Hasyim Asy’ari hingga di masa kemerdekaan tumbuh berbaga pesantren dari yang salaf, modern hingga pesantren yang memadukan antara pendidikan agama dan enterpreunuer.

Sejarah telah menganugerahi pesantren dengan hari santri sebagai pengakuan eksistensinya dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Buku ini juga merunut sumbangsih pesantren dalam melahirkan tokoh-tokoh pergerakan yang sangat berjasa bagi kemerdekaan Indonesia dari Pangeran Diponegoro, HOS Cokroaminoto hingga Bung Karno.

Buku ini bak bunga rampai, bukan hanya bicara akar sejarah pesantren tetapi memuat beberapa tulisan tentang pesantren dari pesantren masa tertua yang oleh penulis disebut berada di Kebumen, Jawa Tengah hingga pesantren masa kini seperti pesantren modern Tanbihul Ghofilin di Banjarnegara dan Miftahul Huda di Banyumas. Meski terkesan sebagai pelaporan yang belum tuntas, setidaknya buku ini bisa membawa pembacanya mengenal pesantren dari hulu hingga hilir. Dan menjadi kelemahan bunga rampai adalah pelaporan yang kurang mendalam tetapi luas dalam cakupan.

Ditulis oleh orang yang lahir dari lingkungan pesantren, buku ini bukan seperti menulis di atas angin, membumi dan terasa nuansa berburu berkah di dalamnya. Nilai yang khas dan inti dari orang-orang pesantren

Judul Buku : Santri-Pesantren Indonesia – Siaga Jiwa Raga Menuju Indonesia Emas 2045
Penulis :  Muhammad Arief Albani
Tebal Halaman : xxiv + 132 Halaman
Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm
Penerbit Zahira Media Publisher 2021

Peresensi:
*Hj. Umnia Labibah, S.Th.I, MSi.
Bidang Politik, Hukum & Advokasi Perempuan dan Anak PC Fatayat NU Banyumas
Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga MUI Kabupaten Banyumas

Beri komentar :
Share Yuk !