Tambang Liar Ambruk 8 Orang Meninggal Puluhan Terjebak

BOLMONG – Korban meninggal akibat ambruknya penambangan emas tanpa izin (PETI) di Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Sulawesi Utara, terus bertambah. Hingga pukul 20.30 Wita tadi malam (27/2), sudah delapan penambang yang dinyatakan meninggal. Puluhan lainnya diduga masih terjebak di dalam lubang galian tambang.

Insiden itu terjadi Selasa malam (26/2), sekitar pukul 21.00 Wita. Waktu itu ada puluhan orang yang berada di dalam lubang galian tambang. Tambang liar tersebut berada di dekat area penambangan PT JRBM. Para penambang liar mengambil material olahan emas dengan cara manual.

Mereka menggunakan linggis untuk menggali dinding lubang. Diduga, hal itulah yang membuat dinding tambang ambruk. Kayu penahan dinding tak mampu menahan beban tanah. Batu dan tanah dinding akhirnya menimpa para penambang.

Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Bolmong Abdul Muin Paputungan menduga masih ada lebih dari 60 orang yang terjebak di dalam lubang galian tambang. “Tiang dan papan penyangga lubang patah karena kondisi tanah labil dan banyaknya lubang galian,” ungkapnya seperti dilaporkan Manado Post.

BPBD berkoordinasi dengan Basarnas Pos SAR Kotamobagu, Polsek Lolayan, dan Koramil Lolayan untuk mengevakuasi korban. “Evakuasi harus ekstrahati-hati. Sebab, banyak bebatuan dan retakan yang rawan longsor,” katanya.

Muin menambahkan, pencarian tetap dilakukan secara manual. Sebab, akses menuju lokasi tidak memungkinkan untuk dilalui alat berat. “Kondisi lapangan curam dan berbatu,” ungkapnya.

Sementara itu, Bupati Bolmong Yasti Mokoagow kemarin ikut memantau proses evakuasi. Berdasar laporan terakhir yang dia terima, korban meninggal karena tertimpa reruntuhan bebatuan sebanyak delapan orang. “Yang selamat sampai sekarang ada 19 orang. Mereka mengalami luka berat dan ringan,” ucap Yasti.

Pemkab Bolmong berjanji membantu penuh korban meninggal maupun yang dirawat di RS Kota Kotamobagu. Hal itu dikatakan Yasti saat menjenguk korban di RSUD Kotamobagu. Yasti didampingi Wali Kota Kotamobagu Tatong Bara dan Wakil Wali Kota Nayodo Koerniawan.

Yasti menjelaskan, tim di lapangan akan memprioritaskan evakuasi korban yang masih hidup. “Di dalam (lubang tambang, Red) kami perkirakan masih banyak,” ujarnya.

Karena penambangan itu masuk kategori PETI, tambah Yasti, pemkab tidak punya data pasti berapa jumlah penambang. Acuan pemkab hanya pengakuan para korban yang selamat. “Itu pun simpang siur. Ada yang menyampaikan lebih dari 100 orang. Ada juga yang bilang 80-an,” ucapnya.

Yasti juga menyayangkan masih adanya PETI di Bolmong. “Ini memang tugas pemerintah. Sayangnya, urusan PETI itu bukan kewenangan Pemkab Bolmong, tapi Pemerintah Provinsi Sulut,” lanjutnya. Dia juga mengatakan, para penambang tidak hanya berasal dari Bolmong. “Ada juga yang berasal dari Bolsel dan Kotamobagu,” bebernya.

Dari Jakarta, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menerangkan, evakuasi dilakukan petugas gabungan dari berbagai unsur. Baik TNI, Polri, BNPB, BPBD, Basarnas, maupun instansi lain. Korps Marinir turut mengirimkan tambahan tenaga untuk membantu evakuasi korban. Satu satuan setingkat peleton dikirim ke lokasi longsor oleh Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan VIII Bitung.

Menurut Komandan Batalyon Marinir Pertahanan VIII Bitung Letkol Mar Nandang Permana Jaya, lokasi longsor merupakan area penambangan ilegal yang selama ini dikelola masyarakat. Untuk memudahkan proses evakuasi, aparat gabungan akan bahu-membahu bersama masyarakat setempat. (syn/tau/c9/oni)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar