Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat, Program TJSL Kilang Cilacap “Mamaku” Raih Penghargaan Gold di Ajang ISSF Kemendes PDTT

JAKARTA – Setelah sebelumnya meraih penghargaan internasional di Vietnam, program TJSL PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap yaitu pemberdayaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) purna dan mantan Anak Buah Kapal (ABK) di Kelurahan Kutawaru, Cilacap Tengah kembali mendapatkan penghargaan bergengsi.

Kali ini penghargaan diraih pada anugerah Indonesian Social Sustainability Forum (ISSF) dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Tidak tanggung-tanggung RU IV raih predikat gold.

Penghargaan yang diterima oleh Area Manager Communication & Relations RU IV Cilacap Cecep Supriyatna, diserahkan langsung oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar di Hotel Westin Jakarta, Selasa (7/5/2024).

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin. Dalam sambutannya, Ma’ruf Amin menyampaikan perlunya peran perusahaan swasta dan BUMN untuk mendorong ekonomi desa agar maju lebih cepat. “Lanjutkan komitmen BUMN, perusahaan swasta dan BumDes serta seluruh aktor penggerak lokal dalam program CSR. Selain itu perlu dipastikan target penerima CSR tepat sasaran mendorong pembangunan insklusif dan ramah lingkungan,” katanya.

Cecep Supriyatna usai menerima langsung penghargaan ini mengaku bangga, karena penghargaan tersebut diberikan untuk satu program bertajuk Masyarakat Mandiri Kutawaru (Mamaku). “Program Mamaku merupakan strategi terpadu pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi potensi sosial, lingkungan dan ekonomi,” jelasnya.

Dikatakan, program Mamaku dilatarbelakangi kondisi sosial Kelurahan Kutawaru, Cilacap Tengah yang memiliki potensi lingkungan sangat baik seperti stok ikan melimpah, sinar matahari cukup dan wisata bahari, namun belum tergarap optimal. “Sebagian masyarakat merupakan mantan ABK dan ibu-ibu TKI Purna yang bertekad tidak berangkat lagi ke luar negeri,” kata Cecep.

Para mantan ABK ini kemudian membentuk Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), sedangkan para TKI Purna membuat kelompok Bunda Malutik Kutawaru (Buntiku). “Kami bekerjasama dengan Pemkab Cilacap memberikan pelatihan pengelolaan tambak. Sedangkan Buntiku diberikan peningkatan kapasitas pengelolaan jerami menjadi makanan tradisional atau UKM,” lanjut Cecep.

Kelompok ini kemudian membentuk kawasan wisata terpadu Kampoeng Kepiting serta pengelolaan sampah oleh Bank Sampah Abhipraya. “Kawasan wisata ini kemudian dikembangkan dengan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menyuplai kebutuhan listrik di area wisata dengan energi baru terbarukan,” imbuhnya.

Total kapasitas PLTS sebesar 6,6 kilowatt peak (kWp) untuk kebutuhan penerangan, penggunaan freezer dan irigasi hidroponik. PLTS ini mampu menurunkan emisi karbon sebesar 8.580 kg setara CO2/tahun dan mampu menghemat konsumsi listrik sebesar Rs 13 juta/tahun.

Imbuh Cecep program Mamaku berdampak positif di beberapa aspek seperti mengurangi pencemaran lingkungan sebesar 195 ton/tahun atau 80%, mengurangi emisi pemanasan dari pengelolaan sampah anorganik sebesar 161,8526 ton/CO2/tahun dan mengurangi emisi karbon sebesar 8,580 kg CO2 setara/tahun dari penggunaan PLTS.

Dari aspek ekonomi memberikan dampak omzet Rp 44 juta/bulan dari Kampoeng Kepiting, meningkatkan pendapatan Grup Pokdakan dan Buntiku grup Rp 4 juta/bulan, peningkatan pendapatan pengelolaan sampah plastik Bank Samph Abhipraya menjadi Rp 3,8 juta/bulan.

Ditambahkan Cecep penghargaan ini sebagai pengakuan Kementerian Desa Tertinggal PDTT atas kontribusi RU IV menjalankan program CSR sesuai prinsip Environmental, Social & Governance (ESG). “Ini menjadi bukti nyata pengakuan kinerja Kilang Cilacap dalam kontribusi memberdayakan masyarakat,” tutupnya.

Beri komentar :
Share Yuk !