Gunung Tilu Saksi Sejarah Benteng Pertahanan Pejuang Dayeuhluhur

DAYEUHLUHUR-Selain memiliki situs sejarah kerajaan Sunda dan Mataram, Dayeuhluhur juga memiliki peninggalan sejarah perang revolusi era Pemerintahan Belanda.

Seperti halnya Peninggalan tempat bersejarah adalah tiga bukit yang mengapit Jalan Raya Majenang-Banjar Km 7 di Desa Panulisan Timur Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap masyarakat menyebutnya Gunung Tilu.

Dahulu bukit tersebut merupakan benteng tempat Pejuang dari Dayeuhluhur melakukan penghadangan dan perlawan terhadap pasukan Belanda yang akan memasuki wilayah Jawa tengah dan Dayeuhluhur merupakan pintu gerbangnya.

Menurut Anwar Effendi warga Desa Panulisan yang merupakan tim perumus sejarah Desa penulisan Kecamatan Dayeuhluhur mengungkapkan,Setelah Peristiwa Bandung Lautan Api yang diantaranya menewaskan Seorang putera Dayeuhluhur bernama Arya.

Seperti disampaikan Peristiwa dibomnya Pasar Dayeuhluhur oleh Tentara NICA Belanda,menyisakan satu buah bom yang tidak meledak.

Bom tersebut kemudian digotong oleh beberapa orang pejuang asal Dayeuhluhur untuk digunakan sebagai senjata sabotase menghalangi pergerakan Pasukan Belanda.

Pasukan Milisi Pejuang asal Dayeuhluhur yang kala itu dipimpin oleh Idi Suwardi (yang dimakamkan di Ciamis) memasang bom tersebut untuk digunakan Meledakkan Jembatan Cijolang.

Bom tersebut meledak,tetapi gagal menghancurkan Jembatan Cijolang hanya hancur dibagian pondasinya dan bergeser sepanjang 25 senti meter.

Kegagalan meledakan jembatan Cijolang kemudian Pasukan Idi Suwardi, membuat Barikade dan Lubang-lubang besar di sepanjang Jalan Raya Cijolang hingga Gunung Tilu (Mergo) untuk menghambat gerakan Pasukan Belanda.

Dibantu oleh Pemuda-pemuda Dayeuhluhur Pasukan Penyerga disiapkan dibukit-bukit Gunung Tilu yang menjepit Jalan Raya.

Namun Intelejen Belanda mengetahui rencana penyergapan tersebut sehingga penyergapan kembali mengalami kegagalan.

“Pasukan Belanda datang Bersenjata lengkap dengan kendaraan Lapis Baja dari arah Jawa Barat dan arah Jawa Tengah.”Terangnya.

Dalam Posisi terkepung Pasukan asal Dayeuhluhur berbalik arah,karena persenjataan pejuang yang seadanya maka para pejuang Dayeuhluhur memutuskan mundur dari posisi Bukit Gunung Tilu ke arah selatan ke perkebunan karet.

Mengetahui para pejuang Dayeuhluhur mundur,Pasukan Belanda dengan menggunakan gergaji mesin dan alat berat menebang semua pohon Jati di lokasi Lapang Mergo Sekarang merupakan Rest Area.

Pohon Jati tersebut digunakan untuk mengurug dan membuat jembatan darurat untuk mengisi lubang-lubang barikade yang dibuat para pejuang Dayeuhluhur.

Sementara itu Pegiat Sejarah dan Budaya Dayeuhluhur Ceceng Rusmana kepada Banyumas Ekspres mengungkapkan, saat ini gunung tilu merupakan Perkebunan Karet milik Perkebunan Nusantara IX Kebun Warnasari Dayeuhluhur.

Dikatakan Ceceng, Dahulu para leluhur berjuang mati-matian untuk merebut kemerdekaan walaupun modal senjata pas-pasan terus berjuang.

“ Kita yang hidup sekarang,hanya untuk sekedar mengenang peristiwa tersebut,susah banget bahkan malah tidak tahu,” pungkasnya. (lim)

Beri komentar :
Share Yuk !