CILACAP – Pandemi COVID-19 belum berakhir, namun tak menyurutkan semangat Lembaga Pemasyarakat (Lapas) di Nusakambangan menjalankan program pembinaan terhadap parta napi. Baik pembinaan rohani maupun pengembangan diri.
Seperti yang dilakukan Lapas kelas II A Kembangkuning, Nusakambangan Cilacap melalui pengenalan musik tradisional karawitan (gamelan, red) yang notabene merupakan kesenian asli dari pulau Jawa.
Kalapas kelas II A Kembangkuning, Unggul Widyo Saputro melalui bagian Humas, Johan Ary Sadhewa mengatakan, bahwa kegiatan karawitan gamelan melibatkan belasan warga binaan yang tergabung dalam grup Laras Kemuning yang dipimpin oleh Syafril WD selaku Kepala Pengamanan Lapas Kembangkuning. Bahkan, beberapa diantaranya merupakan asal warga negara asing (WNA).
“Selain warga binaan yang berstatus WNI, kami juga melibatkan tujuh orang warga binaan yang berstatus WNA. Diantaranya berasal dari Nigeria, Belanda dan Iran,” kata Johan.
Menurutnya, pelibatan warga binaan ini diharapkan dapat memberikan nilai–nilai edukasi khususnya dalam hal seni musik tradisional gamelan.
Program tersebut, lanjutd dia, mendapatkan respon yang cukup baik dari para warga binaan. Pasalnya banyak dari mereka yang terpukau maupun antusias untuk mengenal alat musik ikonik pulau Jawa tersebut.
Disinggung terkait masa pandemi, Johan mengatakan, semua kegiatan yang dilakukan dipastikan sudah sesuai dengan protokol kesehatan COVID-19.
“Sebelum kegiatan dilakukan ada protap yang harus dijalankan. Seperti mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, mengenakan masker dan pengecekan kesehatan secara rutin,” katanya.
Ditambahkan, program ini diharapkan nantinya dapat menjadi ikonik dari Lapas Kelas II A Kembang Kuning Nusakambangan yang dikenal oleh masyarakat luas.
“Kami berharap program kesenian karawitan Gamelan Jawa ini dapat menjadi ikonik dari Lapas Kembang Kuning Nusakambangan. Tentunya hal ini juga diikuti dengan program ikonik lainnya seperti hasil produksi Kopi Buih dan Batik Kembang Kuning yang kami miliki,” pungkasnya. (gin)
