Pengeringan Daerah Irigasi Serayu Mulai 1 Juli, 2.205 Hektare Sawah Terancam Kekeringan

CILACAP – Seluruh jaringan irigasi Daerah Irigasi (DI) Serayu dijadwalkan akan dikeringkan total selama dua bulan, mulai awal Juli hingga awal pertengahan September 2020. Pengeringan jaringan irigasi DI Serayu di Kabupaten Cilacap ini untuk pemeliharaan dan perbaikan saluran irigasi.

“Sesuai jadwal pelaksanaan rehabilitasi jaringan DI Serayu telah diputuskan pengeringan secara total mulai 15 Juli sampai dengan 15 September 2020. Masa pengeringan ini guna pemeliharaan dan perbaikan saluran irigasi yang berada di wilayah Kabupaten Cilacap,” kata Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kabupaten Cilacap, Saeful Hidayat, usai rapat Komisi Irigasi Kabupaten Cilacap, Selasa (9/6).

Saeful selaku Ketua Harian Komisi Irigasi Kabupaten Cilacap menyampaikan agar Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak dengan pihak terkait menyiapkan dengan matang supaya tidak ada penundaan dan memanfaatkan waktu selama dua bulan se-efektif mungkin.

Disebutkan, hasil monitoring jadwal tanam sampai dengan periode 31 Mei 2020 untuk DI Serayu di beberapa wilayah masih terdapat lahan sawah yang baru panen masa tanam I (MT-I). Sedangkan MT-II masih ada pengolahan tanah dan pembibitan serta lahan yang baru tanam.

“Pada lahan sawah yang belum tanam, apabila para petani memaksakan menanam tanaman padi, dikhawatirkan tanaman akan terjadi kekeringan dan gagal panen jika tidak terjadi hujan. Berdasarkan Informasi dari BMKG Cilacap prakiraan puncak kemarau pada Agustus 2020,” papar Saeful.

Dia menerangkan, salah satu penyebab keterlambatan tanam untuk wilayah Kecamatan Kesugihan, Kecamatan Jeruklegi dan Eks Kotip Cilacap karena kurangnya pasokan debit air. Hal itu dikarenakan turunnya fungsi saluran primer Cilacap pada bangunan Syphon BC 9d yang mengalami degradasi permukaan dasar sungai Serayu.

“Bupati Cilacap sudah mengirimkan surat kepada BBWS Serayu Opak pada April lalu. Namun perbaikan Syphon BC 9d DI Serayu oleh BBWS Serayu Opak belum bisa dilaksanakan pada tahun ini. Sedangkan untuk saluran tersier BC 16 kiri (JITUT) diperlukan kajian teknis dan dukungan dari masyarakat dalam penyediaan lahan pengganti saluran tersier. Dan Usulan-usulan perbaikan saluran tersier harap ada persetujuan dari Bupati Cilacap ditujukan ke BBWS Serayu Opak,” terangnya.

Lebih lanjut Saeful menjelaskan, luas area sawah Daerah Irigasi Serayu yang terancam kekeringan MT-II seluas 2.205 hektar.

“Perkiraan tanaman padi yang terdampak kekeringan pada MT-II di DI Serayu seluas 2.205 hektar. Tanaman padi seluas itu tersebar di sembilan Kecamatan, meliputi Sampang, Maos, Kesugihan, Eks Kotip Cilacap, Jeruklegi, Adipala, Kroya, Binangun dan Nusawungu,” jelasnya.

Oleh karena itu, dia menekankan, untuk mengantisipasi kekeringan maka diperlukan percepatan tanam agar ketika waktu pengeringan umur padi sudah tidak membutuhkan air.

“Selain itu upaya untuk meminimalisir luas tanam yang kekeringan dengan pompanisasi untuk daerah yang ada sumber airnya,” katanya.

Sementara itu Kepala DInas Pertanian Kabupaten Cilacap, Supriyanto, mengatakan, pihaknya terus mendorong petani agar melakukan percepatan masa tanam padi untuk mengantisipasi dampak pengeringan saluran irigasi.

“Kita sudah menyiapkan langkah antisipasi terutama di daerah yang sulit air dengan menyediakan pompa air dalam rangka membantu petani mendapatkan suplai air,” katanya.

Supriyanto menambahkan, pihaknya juga mengimbau kepada petani yang diperkirakan terdampak kekeringan, bagi yang belum tanam untuk merubah pola tanam padi menjadi palawija dan mengefektifkan penggunakaan sumur pantek. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !