Warga Dusun Danasri Manfaatkan Air Sungai

JERUKLEGI – Kemarau yang telah berlangsung sejak bulan Juni berdampak pada menurunnya ketersedian air bersih di sejumlah wilayah Kabupaten Cilacap. Dampaknya, warga harus berburu ke tempat sumber air termasuk memanfaatkan air sungai yang melintas di wilayahnya.

Seperti warga Dusun Danasri, Desa Jeruklegi Kulon, Kecamatan Jeruklegi yang memanfaatkan aliran sungai Jambu meskipun juga tengah mengalami penurunan debit. Mereka membuat semacam lubang untuk menampung air yang mengalir.

“Iya betul. Warga Dusun Danasri memanfaatkan air Sungai Jambu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Karena sumur di rumah sudah mulai mengering,” kata Kasi Pemerintahan Desa Jeruklegi Kulon, Wasis Budi Prasetyo, Jumat (28/8).

Selain sumur mengering karena berada di ketinggian, lanjut Wasis, jaringan pipa PDAM belum seluruhnya menjangkau seluruh wilayah Desa Jeruklegi. Sebagian lagi masih menganggtungkan pasokan air dari jaringan pipa Pamsimas desa setempat.

“Ada beberapa warga yang mencoba membuat sumur bor baru, tapi sudah lebih dari 20 meter belum ada tanda-tanda keluar air,” ujarnya.

Meski saat ini krisis air bersih baru dirasakan warga di dua RT, lanjut Wasis, namun jika nanti kekeringan sudah lebih dari tiga bulan, hampir semua wilayah di Desa Jeruklegi Kulon yang dihuni 2.931 KK dengan 9.135 jiwa itu terdampak kekeringan dan mengalami krisis air bersih.

“Tahun lalu kemarau panjang, warga mendapat bantuan dari berbagai pihak termasuk pemkab Cilacap,” ucapnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Cilacap, Tri Komara Sidy Wijayanto, berdasarkan prakiraan BMKG Cilacap, wilayah Kabupaten Cilacap musim kemarau sejak bulan Juni lalu, namun dikategorikan kemarau basah karena masih sering terjadi hujan. Setiap kemarau datang, sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap mengalami kekeringan dan berdampak pada krisis air bersih.

“Kita sudah petakan, tahun 2019 ada 105 desa di 20 kecamatan yang mengalami krisis air bersih. Tahun ini, dari hasil pemetakan mengalami penurunan, sekarang tinggal 73 yang tersebar di 19 kecamatan. Tahun 2019 kemarau selama tujuh bulan, tahun ini diprediksi lebih singkat,” jelas Tri Komara kepada Banyumas Ekspres.

Tri menyebut, untuk membantu krisis air bersih sudah disiapkan anggaran kebencanaan dengan alokasi untuk 500 tangki. Alokasi bantuan air bersih sebanyak itu diharapkan cukup mengingat kemarau tahun ini merupakan kemarau basah dan jangkanya pendek. Namun bila masih kurang, lanjut dia, akan diajukan dalam APBD 2020 perubahan.

“Untuk penyaluran bantuan air bersih kepada masyarakat terdampak, kita sudah siapkan tiga armada tangki air bersih. Ditambah dengan satu armada milik PMI yang siap membantu,” bebernya.

Meski demikian, imbuh Tri, hingga saat ini belum ada permintaan bantuan air bersih dari pemerintahan desa yang terdampak kekeringan.

“Belum ada pengajuan permohonan bantuan air bersih dari pemerintah desa. Bila ada permintaan, kapan saja kita siap. Karena anggaran untuk bantuan air bersih sudah disiapkan,” pungkasnya. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !