Di antara Ribuan Makhluk Kerdil,
Aku Berdiri
Perang dunia sudah berakhir, Bung!
Puluhan, bahkan jutaan mayat tlah terkubur
Menyisakan duka dan lara yang tak terukur
Sudah, cukup ….
Jangan biarkan orang besar itu
menguasai dan mendustai kita kembali
Tahukah kau?
Dari ratusan meter, aku berdiri
Ku lihat banyak manusia kerdil tak berguna
Hanya menopang dagu, lambat berpikir, dan sok kuasa!
Bangun, ayo kita bangun
Negeri sudah makin menyayat hati
Di antara makhluk kerdil itu, aku berdiri!
Melawan terangnya goda kedudukan atau kemewahan
aku haus ilmu, bukan harta
aku lapar hati, bukan materi
tapi aku tak bisa berpijak sendiri
aku butuh kau, kau, juga kau!
Mari kita bangun bumi pertiwi
Bebaskan belenggu dari mereka
Para makhluk kerdil yang kering jiwanya
Masa Putih Abu-Abu
Hai, Kawan ….
Tahukah kamu?
Sesuatu yang ingin aku ceritakan
Tentang masa putih abu-abu
Segalanya mengalir begitu saja
Kisah aku, kamu, dan mereka
Bermacam serpihan memori terukir
Bagaikan cerita yang melegenda
dari negeri di atas mega
Hai, Kawan ….
Tahukah dirimu?
Butuh waktu lama untuk melupa semua
Selalu ada setitik rindu yang menggebu
Masa putih abu-abu
Torehkan berbagai rasa yang terlukis
Usikkan cinta, sayang, dan rindu
Dapatkan nanti berputar kembali?
Biarlah, runtuhan memori manis terus bertahta
Serpihan lama memenuhi rongga dada
Tentang aku, kamu, dan mereka
Biarlah, waktu terus membersamai kita
Muara Kasih Bunda
Bunda ….
Kasih tulusmu menghangatkanku
Segala rindumu adalah kesejukan
Sayang dan cintamu adalah kehidupan
Bunda ….
Selalu ada cercah cahaya darimu
Menyembunyikan segala luka sayat
Sungguh begitu pandai kau simpan rapat
Adakah Ratu yang kan menggantikan posisimu?
Adakah setitik sinar yang melebihi kasihmu?
Segalanya tiada, tak pernah ada
Hanya angan semata yang tak jadi nyata
Bunda Sayang ….
Muara cintamu mengalir tanpa henti
Pancaran teduhmu tergambar tanpa cela
Indahnya kebaikan hatimu slalu ku rindu
Aku tak pernah berhenti berharap
Untuk bahagia senantiasa tercurah untukmu
Mencintaimu adalah jalan menuju surga
Bersama muara kasih dari seorang Bunda
Kuasa-Mu
Tuhan, aku merasa lelah
Menatap hidupku yang lemah tak berdaya
Hidup menjemukan, mati menyakitkan
Aku seperti ada dan tiada
Tuhan, Kuasa-Mu benar-benar dasyat
Ketakutan akan kesia-siakan sungguh terasa hebat
Aku ingin pilih sekarat, tapi aku ngeri berbuat
Maka, izinkanlah aku, Tuhan
Mendekat pada-Mu di pengharapan
Sekalipun terseok-seok aku berpijak
Aku ingin kita tak pernah berjarak
Aku tersadar akulah manusia
Penuh salah dan berlumur dosa
Kuasa-Mu segalanya
Rengkuh aku dalam pelukan asa
Hingga nanti ajalku tiba
Rapuh
Hari ini dunia hancur
Hari esok dunia hilang
Bangsa kita hanya akan terkenang
Tanpa nama dan kebanggaan
Saat manusia-manusia millennial
Terbodohi teknologi tipuan
Roboh saja! Roboh!
Luntur sudah budaya dan adat kita
Runtuh sudah! Runtuh!
Keropos sudah pondasi negara kita
Laku malu diperkenalkan pada dunia
Kearifan ikon bangsa disemukan
Carut marut negeri seperti makanan sehari-hari
Prasasti janji-janji hanyalah bualan hati
Kini, hampir tumbang
Negeri yang dibangun dengan penuh perjuangan
Ke mana kita harus mencari
Keadilan yang mungkin masih tersembunyi
Ratapan Ibu Pertiwi
Ibu Pertiwi menangis lagi
Berderai titik air mata membasahi
Terisak pada tembok-tembok sunyi
Ibu Pertiwi merintih perih
Jerit rasa sakit kembali meletup letih
Terkulai pada sisa langkah yang tertatih
Buka mata kalian lebar-lebar!
Ibu Pertiwi hancur dalam napsu manusia
Terbelenggu pada tamaknya jiwa-jiwa
Oh, Ibu Pertiwi
Mereka tampaknya sudah tak peduli
Pada alam raya yang menghidupi
Ibu Pertiwi bersenandung penuh ratapan
Suaranya pilu seakan tak lagi punya harapan
Adakah kalian dengar???
Dalam Doaku
Pada sepertiga malam, aku berserah diri
Memohon ampun kepada Yang Maha Kuasa
Menangis, merintih, juga terisak
Sunyi, gelap, ketakutan yang senyap
Hanya kepada-Nya aku percaya
Ku meringkuk dalam jubah kehangatan
Menghitung panjangnya untaian penyesalan
Di antara malaikat suci penjaga malam
Aku ingin menyandarkan diri pada-nya
Mengadukan segala keluh kesah yang ada
Aku ingin merebahkan diri di pangkuan-Nya
Menumpahkan semua rasa takut yang mendera
Ku lafalkan senandung doa
Di sepertiga malam waktuku bersua
Ku rapatkan mataku, ku pejam sepenuh jiwa
Lalu cinta-Nya hadir memenuhi rongga dada
Ku lantunkan doa makin kuat dan mesra
Pada-Nya, pada Dia Sang Penjaga
Sefira Dian R.
Kelas : XI IPS 1
Sekolah : SMA N 1 Purwareja Klampok