Kisah Srikandi di Poli Gigi Pada Masa Pandemi

BANJARNEGARA – Masih ingat tokoh Srikandi dalam kisah epik Mahabarata sebagai suri tauladan keprajuritan sebagai penjaga keselamatan dan kesehatan negerinya. Pada perang Bharatayudha Srikandi pun menjadi tokoh penting yaitu wanita senapati perang.

Tak berlebihan jika ditarik garis, masa pandemi covid 19 saat ini ibaratnya kurukshetra atau tempat peperangan yang dilakukan antara Pandawa dan Hastina. Ada perempuan perempuan layaknya Srikandi di masa pandemi ini, diantaranya mereka yang mengabdikan diri dengan resiko tinggi dan tertular covid 19, karena mereka berperang langsung. Mereka adalah dokter gigi.

Tetap Melayani, Upayakan Tetap Aman

Dua Srikandi di poli gigi Rumah Sakit Islam Banjarnegara ialah dokter gigi Dwi Krisnowati dan dokter gigi Amalia Rahmaniar Indrati. Mereka berdua sejak sebelum pandemi, pandemi, hingga saat ini tetap melaksanakan praktek sesuai tugas dan kewajibannya.

“Praktek tetap jalan, ada himbauan dari organisasi profesi kita, untuk pelayanan kegawat daruratan, terkait kesehatan gigi dan mulut, mana yang boleh dilakukan tindakan medis mana yang hanya cukup konsultasi. Kita tetap patuhi himbauan dan aturan yang ada,” kata Dwi Krisnowati, di sela sela melayani pasiennya.

Dwi menceritakan, prosedur perawatan gigi dan mulut kadang menggunakan bur, alat scaling, water atau air syringe dan alat ultrasonik yang menyebabkan pelepasan aerosol dan droplet. “Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika ingin melakukan pemeriksaan gigi dan berobat ke dokter gigi. Sebelum pergi ke dokter gigi, pastikan dalam kondisi sehat dan tidak memiliki gejala-gejala covid 19. Disarankan melakukan konsultasi online terlebih dahulu pada klinik dokter gigi,” tambahnya.

Hal ini untuk mengetahui apakah kasus itu termasuk kasus yang mendesak dan perlu segera datang ke dokter gigi atau bisa ditunda terlebih dahulu.

“Hal penting lainnya, jujurlah saat petugas kesehatan atau perawat gigi maupun dokter gigi bertanya mengenai riwayat perjalanan terakhir, riwayat adakah kontak dengan pasien covid 19, ini berguna untuk membantu petugas kesehatan melaksanakan skrining terhadap pasien yang datang,” tandasnya.

dokter gigi

Sementara, drg Amelia Rahmaniar Indrati, atau Amel menyebutkan, rasa was was terhadap covid 19 sempat ada dalam fikirannya, namun buru buru ditepisnya. Hal ini semata mata karena panggilan tugas. Pada akhirnya proteksi diri lah yang terpenting.

“Menuju kebiasaan baru, setidaknya kami taat protokoler kesehatan. Jaga stamina, selalu menggunakan APD lengkap, nah biasanya setelah ke dokter gigi melakukan kontrol dalam hitungan hari untuk kembali. Namun kini, kontrol berikutnya dijadwalkan dua minggu berikutnya,” kata perempuan lulusan Universitas Jember Jawa Timur ini.

Secara konseptual, memerangi covid dan memutus mata rantai covid ini, ialah pasien dan dokter betul betul terlindungi. Selama ini dirinya tetap melayani pasien dengan keluhsn gusi bengkak, scalling, perdarahan gusi dan lainnya.

Salah satu pasien yang ditangani Amel ialah Setiaji, warga Desa Depok Kecamatan Bawang, yang mengeluhkan gusi bengkak. “Saya sebelum menuju poli gigi melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Ternyata tidak perlu untuk ke ruangannya, hanya konsultasi online dan video call, akhirnya saya diberi resep dan konsumsi obat yang diresepkan dokter. Alhamdulillah efektif,” kata pria sebelumnya alami bengkak di gusinya tersebut. (rsib/ook)

Beri komentar :
Share Yuk !