Wabup Cilacap Apresiasi Terobosan Program Lapak Petani

BANYUMAS EKSPRES  – Wakil Bupati Cilacap Samsul Aulya Rachman mengapresiasi terobosan inovasi yang dilakukan Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap dengan menggelar lapak petani. Pasalnya, fasilitas kepada petani yang dilakukan Dinas Pertanian bisa memangkas gap keuntungan yang selama ini cenderung dinikmati para tengkulak.

“Saya atas nama Pemerintah Kabupaten Cilacap mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada teman-teman Dinas Pertanian yang membuat sebuah inovasi kegiatan. Yang selama ini ada gap keuntungan yang diambil dari petani oleh para tengkulak,” ucap Wabup disela-sela meninjau lapak petani yang digelar di halaman depan GOR Wijayakusuma, Rabu (6/3/2019).

Wabup mencontohkan, harga cabai di tingkat petani sekitar Rp 5.000 per kilogram, ternyata di pasaran di Cilacap Kota mencapai Rp 15.000 per kilogram. Berarti ada selisih Rp 10.000.

“Ini yang Rp 10.000 berarti diambil siapa? Coba kalau kita datangkan petani untuk langsung berjualan, sehingga keuntungannya nanti dinikmati langsung oleh petani. Dengan adanya lapak petani ini, motto kita adalah memakmurkan petani,” ujarnya.

Karenanya, Wabup mendorong Dinas Pertanian untuk menggelar kegiatan lapak petani secara rutin. “Kegiatan ini mungkin bisa digelar sebulan sekali atau sebulan dua kali, sehingga mengurangi inflasi. Sehingga secara perlahan meningkatkan kesejahteraan dan memakmurkan petani,” tandasnya.

Lebih lanjut Wabup menegaskan, untuk kelangsungan lapak petani akan segera dibuatkan regulasi resmi berupa Peraturan Bupati.

“Perbup nantinya akan mengatur bagaimana teknis pelaksanaannya, tempatnya dimana, hubungan petani dengan Dinas Pertanian sebagai wakil dari pemerintah seperti apa. Sehingga benar-benar petani terlindungi. Sekali lagi, kami ingin memangkas keuntungan-keuntungan dari tengkulak yang seharusnya menjadi hak para petani,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian, Supriyanto mengatakan, pihaknya akan meminta regulasi dari Bupati Cilacap terkiat dengan perlindungan produsen, bukan perlindungan konsumen. “Kami berharap perlindungan produsen, dalam konteks ini petani produsen,” kata Supriyanto.

Makanya, lanjut dia,lapak yang disiapkan ini untuk petani produsen bukan pedagang. Dan lapak ini bukan pasar, karena hanya tempat jualannya petani yang sedang memproduksi.

“Kalau suatu saat tidak ada buah manggis, berarti di lapangan sedang tidak ada panenan,” bebernya. Ini adalah pasar yang diciptakan oleh petani untuk petani produsen. Prinsipnya, kami mengambil porsi keuntungan yang selama ini terlalu banyak diambil para pedagang kemudian petani didorong untuk menjadi pedagang juga,” bebernya.

Ditambahkan, untuk melindungi petani produsen pemerintah harus bergerak dengan mengatur regulasi untuk menata bukan memaksa. “Sekarang sedang kita pikirkan mengenai regulasinya untuk melindungi petani produsen, karena tidak bisa dilakukan secara grasa-grusu,” pungkasnya.

Seperti diketahui untuk kedua kalinya Dinas Pertanian menggelar Lapak Petani di halaman depan GOR Wijayakusuma. Lapak yang digelar selama dua hari Rabu dan Kamis (6-7/3/2019) tersebut menjual komoditas pertanian yang dijual langsung oleh petani produsen kepada konsumen dengan harga murah. (gin)

Beri komentar :
Share Yuk !

Tinggalkan komentar