Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila Melalui Bedah Buku Islam dan Pancasila: Menggali Perspektif Maqasid Syariah Prof. K.H. Yudian Wahyudi

CILACAP –  Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia bersinergi dengan Pondok Pesantren El-Bayan 2 & STMIK Komputama Majenang menggelar kegiatan sosialisasi yang mengundang perhatian banyak pihak. Acara tersebut berlangsung di Aula STMIK Komputama Majenang, Jl.Raya Majenang-Cimanggu No. 99, Gondorukem, Cilempuyang, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Pada Kamis, 28 Maret 2024.

Dengan tema yang menarik, yaitu “Peran Moderasi Beragama dalam Mewujudkan Kedamaian Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila,” kegiatan ini menampilkan sejumlah tokoh kunci dalam diskusi yang mendalam. Keynote speaker utama adalah Prof. Dr. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia, yang akan membuka wawasan mengenai relasi antara Islam dan Pancasila dari sudut pandang Maqasid Syariah.

Turut serta sebagai narasumber adalah Prof. Dr. Agus Moh. Najib, S.Ag., M.Ag., Direktur Sosialisasi dan Komunikasi BPIP, Prof. Dr. KH. Fathul Aminudin Aziz, M.M., Dosen UIN Saizu dan Ketua Yayasan El-Bayan Majenang, serta H. Aid Mustaqim, S.Ag., M.Ag., Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap.

Diskusi akan memaparkan pemikiran dari buku yang dibahas, yang menyoroti hubungan Islam dengan Pancasila melalui lensa Maqasid Syariah.

Prof. Yudian mengemukakan bahwa Pancasila bukanlah konsep yang bertentangan dengan Islam, melainkan merupakan praktik nasional yang menggali nilai-nilai Islam secara dalam.

Prof. Fathul Aminudin Aziz juga menyampaikan beberapa poin penting dalam pemikiran Prof. Yudian, antara lain konsep tauhid integratif dan gagasan tentang Maqashid syari’ah. Dia menegaskan bahwa pemahaman yang lebih dalam terhadap prinsip-prinsip Islam dapat memperkaya dan memperkuat nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.

Dalam suasana yang penuh inspirasi, diskusi ini menawarkan solusi konkret dalam menanggulangi radikalisme, dengan mengedepankan nilai-nilai seperti kerja keras, kejujuran, kesabaran, dan kesederhanaan dalam menjalankan ajaran Al-Quran.

Dengan demikian alih-alih bertentangan dengan Islam, Pancasila justru merupakan “praktik nasional” dari nilai-nilai Islam. Begitulah, dalam buku ini tergambarkan dengan jelas bagaimana Syaiful Arif memperkuat Pancasila dengan Islam: bagaimana Yudian “menjahit” pemikiran Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta dan Wakil Presiden+Presiden Megawati. Di sisi lain, karya Syaiful Arif ini dapat menjadi pengantar yang memantik dialektika intelektual yang progresif.

Prof. Dr. KH. Fathul Aminudin Aziz, pada kesempatan tersebut mengungkapkan beberapa  Novelti atau kebaruan Pemikiran Prof. K.H. Yudian Wahyudi

Pertama, kosnep Yudian tentang Tauhid yaitu mengintegrasikan prinsip-prinsip teori Islam ke dalam hukum alam dan hukum kemanusiaan, merupakan proses penyatuan antara 3 ayat Tuhan baik di ranah teologi yang termaktub dalam ayat-ayat quraniah, diranah kosmos (hukum alam) yang tercermin dalam ayat-ayat kauniyah, maupun kosmis (hukum kemanusiaan) yang tercermin dalam ayat-ayat insaniah. Inilah yang disebut integratif, dimana tauhid merupakan proses mengintegrasikan penyatuan ke 3 ayat tersebut.

Kedua, Gagasan Maqashid syari’ah. merupakan counter terhadap propaganda islamisme yang menolak Pancasila.

Ketiga, Prof K.H. Yudian, menggunakan kaidah ushul fiqh tradisional maupun kontemporer untuk memperkaya pemikiran Persfektif Islam. Beliau menjelaskan bahwa Dasar Negara RI merupakan titik temu antar berbagai agama, nilai alasannya adalah keadilan, kemaslahatan, kemanusiaan, kesatuan, dan universalitas.

Keempat, Kesederhanaan dan keceriaan beragama dalam berfikir dan bertindak melalui pendekatan Man Qala La ilaha Dakhala-l-Jannah adalah barangsiapa atau siapa pun yang mengatakan Tiada Tuhan selain Allah mauk surga.

Kelima, Solusi baca dan laksanakan ajaran Al Quran seperti kerja keras, tepat waktu, sabar, jujur, istiqomah (konsisten), mudawamah (konstan), khusyuk(konsentrasi dan focus), kasih(rahmah), seimbang (adil), berdo’a. Maka Radikalisme akan hilang, keindahan, keharmonisan dan keakraban akan hadir.

Setelah diskusi tersebut Peserta diharapkan dapat membawa pulang wawasan yang berharga dan komitmen yang kuat untuk mendukung keberagaman dan kedamaian berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Beri komentar :
Share Yuk !