Pembelajaran Kegiatan Ekonomi Berbasis Proyek Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Siswa SMP

Ratna Kuswardhani, S.E
Guru Mapel : Ekonomi (IPS)
Sekolah : SMP N 4
Bobotsari Purbalingga

Dinamika kepadatan populasi dan terbatasnya kesempatan kerja mendorong pemerintah dan masyarakat untuk menaruh perhatian pada dunia wirausaha. Faktanya, pengembangan wirausaha dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran, terutama di kalangan pemuda, dengan cara mendidik, memotivasi, mengembangkan, dan memberdayakan siswa sebagai wirausaha, sehingga menciptakan lebih banyak peluang kerja (Agwu, 2019).

Kemampuan berwirausaha sangat penting bagi generasi muda karena dikaitkan dengan kreativitas, inisiatif, inovasi, proaktivitas, ketekunan, kemandirian, tanggung jawab, penerimaan risiko, dan manajemen proyek (Römer-Paakkanen, 2015). Kemampuan ini membantu pengembangan keahlian bisnis, penilaian risiko, dan tanggung jawab yang berujung pada masa depan yang lebih baik (Fonseca et al., 2014).
Kurikulum pendidikan kita saat ini telah mengakomodir pengenalan dan pengembangan karakter untuk berwirausaha melalui pembelajaran kegiatan ekonomi pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kegiatan ekonomi ini adalah cara manusia memenuhi kebutuhan sehari-hari dan penting untuk pengembangan ekonomi (Linge & Ahmad, 2021) yang meliputi produksi, distribusi dan konsumsi.

Pendidikan ekonomi di sekolah berperan penting dalam membentuk kemampuan kewirausahaan siswa SMP. Mengidentifikasi model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran ekonomi sangat penting untuk menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat guna menumbuhkan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip kegiatan ekonomi serta penerapan praktisnya dan memotivasi siswa untuk mengenali dunia usaha. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam memfasilitasi pembelajaran ekonomi yaitu Project-Based Learning (PBL).

Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar dengan bekerja untuk jangka waktu tertentu dalam meneliti dan menanggapi pertanyaan, masalah, atau tantangan yang kompleks dan otentik. Dalam konteks pendidikan kegiatan ekonomi bagi siswa sekolah menengah pertama, PBL dapat sangat efektif dalam mengembangkan pemikiran kritis, keterampilan memecahkan masalah, dan pemahaman kegiatan ekonomi yang lebih mendalam. Dalam PBL, siswa mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran. Mereka diberi kebebasan untuk mengeksplorasi dan meneliti topik wirausaha yang menarik bagi mereka, misalnya produksi sayuran dengan sistem hidroponik.

Terdapat beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan guru untuk memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan kewirausahaan dengan memproduksi sayuran melalui sistem hidroponik, yaitu: Pertama, identifikasi masalah atau tantangan yang akan dipecahkan. Dalam konteks ini, tantangannya adalah memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pertanian hidroponik untuk menanam sayuran. Siswa akan diberikan tugas untuk merencanakan proyek mereka, termasuk pemilihan jenis sayuran, desain sistem hidroponik, dan penentuan sumber daya yang diperlukan.

Kedua, siswa melakukan penelitian tentang hidroponik, memahami dasar-dasar pertanian, nutrisi tanaman, dan manajemen air. Mereka juga belajar tentang manfaat lingkungan dan kesehatan dari pertanian hidroponik. Tahap ini melibatkan pembelajaran mandiri, diskusi kelompok, dan dimungkinkan adanya sesi tanya jawab dengan ahli atau praktisi hidroponik.

Ketiga, siswa merancang sistem hidroponiknya sendiri. Ini melibatkan pemilihan jenis sistem hidroponik (seperti wick system, NFT, atau deep water culture), konstruksi model, dan penyiapan area tumbuh. Keterampilan praktis seperti pengukuran, pemotongan, dan perakitan menjadi penting pada tahap ini.

Keempat, Siswa menerapkan rencana mereka dengan menanam sayuran yang dipilih dalam sistem hidroponik. Mereka mengelola proyek ini dari penanaman hingga panen, memantau pertumbuhan tanaman, keseimbangan nutrisi, dan kondisi air. Aspek penting dari tahap ini adalah pengamatan reguler dan pencatatan data.

Kelima, siswa menganalisis data yang dikumpulkan selama proses pertumbuhan. Mereka membandingkan hasil dengan hipotesis awal mereka dan mengevaluasi efektivitas sistem hidroponik yang mereka desain. Refleksi tentang apa yang berhasil dan apa yang bisa diperbaiki menjadi bagian kunci dari pembelajaran.
Keenam, siswa mempresentasikan hasil proyek mereka kepada teman sekelas, guru di lingkungan sekolah atau audiens yang lebih luas. Ini bisa berupa presentasi lisan, poster, gelaran hasil panen dan laporan tertulis. Siswa berbagi pengetahuan yang mereka peroleh, hambatan yang dihadapi, dan solusi yang ditemukan. Guru mengevaluasi proyek berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, yang mungkin mencakup keefektifan desain, ketepatan analisis, kualitas presentasi, dan kerja tim. Feedback diberikan demi perkembangan belajar siswa lebih lanjut.

Pembelajaran berbasis proyek pada penanaman hidroponik mendukung guru dalam mengimplementasikan pembelajaran yang meningkatkan minat siswa pada sains, komunikasi, dan sintesis informasi dengan cara yang bermakna (Winarno et al., 2018). Hasil pembelajaran model ini juga dianggap memuaskan, dengan perawatan tanaman yang mudah dan hasil sayuran yang lebih segar dan renyah (Anwar & Syarif, 2021).

Dengan memfasilitasi pembelajaran ekonomi berbasis proyek bagi siswa SMP, diharapkan siswa memiliki semangat, pemahaman dan keterampilan berwirausaha. Pentingnya pengembangan kemampuan wirausaha bagi anak muda menjadi jelas, tidak hanya sebagai jalan untuk keberhasilan pribadi tetapi juga sebagai solusi strategis untuk mengatasi tantangan ekonomi di masa depan.

Beri komentar :
Share Yuk !