Potensi Bisnis dari Sampah Organik di Banyumas dengan POAC

Penulis : Ananda Bagus Wicaksono
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis
Universitas Jenderal soedirman

Fenomena penumpukan sampah Di Indonesia seakan menjadi sorotan penting yang selalu ada dalam setiap pemberitaan. Pasalnya Indonsia adalah negara yang dapat meghimpun kurang lebih 175.000 ton sampah setiap harinya, dan 63% dari sampah perhari tersebut adalah jenis sampah organik (Hariyanto, 2021).

Jenis-jenis sampah secara umum terbagi menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Dijelaskan dalam Banowati, (2012) bahwa sampah organik adalah sampah yang berasal dari mahluk hidup, seperti sisa olah dedaunan termasuk sampah dapur. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi seperti kaleng, plastik, kertas, botol dan aneka logam.

Dari jenis-jenis sampah tersebut pasti menimbulkan polemik yang sampai saat ini belum dapat secara penuh ditangani. Karena aktivitas masyarakat akan selalu ada yang membutuhkan barang-barang yang menyebabkan adanya sampah. Setiap hari rumah produksi maupun pasar turut menjadi penyumbang tumpukan sampah dalam jumlah yang besar.

Seperti yang terjadi di Pasar Ajibarang, Kabupaten Banyumas baru-baru ini Fanany, (Maret 2021) mengatakan terdapat berbagai macam sampah yang tertumpuk di pasar mulai dari sayuran, plastik, bahkan bangkai binatang. Hal tersebut tentu saja mengganggu aktivitas warga yang tinggal di dekat pasar. Padahal dari jenis sampah organik yang ada dapat dimanfaatkan untuk membuat olahan yang bermanfaat seperti pembuatan pakan ikan, yaitu dengan menjadikan sampah sebagai sumber makanan utama untuk pengembangbiakan Magot/Serangga BSF. Dengan begitu hasil uraian sampah organik akan sangat bermanfaat, karena setelah larva BSF/magot yang dihasilkan dapat dijadikan pakan ternak subtitusi/komplementer bagi ternak ikan.

Magot merupakan tahap larva dari serangga Hermetia Illucens atau dalam perkembanganya saat ini lebih dikenali sebagai Black Soldier Fly (BSF) dan sering disebut juga oleh orang Indonesia sebagai “lalat BSF”. Selama ini masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa semua jenis larva serangga (termasuk Magot) dikategorikan sebagai belatung yang memiliki citra negatif, kotor, dan menjijikan. Oleh karena itu Fahmi, (2018) dalam bukunya memberikan istilah “Magot” sebagai larva serangga BSF dan larva housefly (lalat rumah) dengan huruf “g” hanya satu untuk membedakan dengan “maggot” yaitu lalat rumah/housefly yang tetap disebut dengan belatung. Perbedaan antara Magot dan Belatung juga dapat dicirikan dari bentuk tubuh magot yang berkerut, bagian kepala berwarna jingga, tidak memiliki hook, dengan tubuh yang berbentuk bulat datar seperti perahu serta sekujur tubuhnya tumbuh rambut serta pori-pori.

Siklus hidup BSF dimulai dari tahap bertelur. Pada tahap ini induk akan meletakkan telur pada lempengan atau media yang aman dari predator. Telur tersebut akan mengalami inkubasi selama 4-6 hari dalam kondisi suhu sekitar 24?-30? pada iklim hangat (Yuwono and Mentari, 2018). Dalam jangka waktu tersebut telur akan menetas menjadi kumpulan seperti awan putih dan setelah tiga hari akan mulai bergerak menuju sumber makanan hingga wakltu kurang lebih 19 hari menjadi Pre-pupa. Pada masa Pre-pupa, BSF akan terlihat menonjol menjadi hitam atau coklat tua dan mulai berhenti makan hingga masuk ke tahap Pupa selama 8 hari. Maka ketika menetas, kurang dari waktu satu bulan BSF tumbuh menjadi serangga dewasa yang siap bertelur kembali. (Fahmi, 2018:19) menyebutkan dalam ukunya bahwa siklus hidup dari Serangga BSF hanya berlangsung dalam kurun waktu satu bulan.

(Amandanisa, A?; Suryadarma, 2020) menyebutkan beberapa manfaat dari magot yang diantaranya kandungan protein hewani tinggi sekitar 40-50% yang dapat dimanfaatkan dalam mempercepat perbesaran ikan, selain itu juga magot memiliki kadungan antijamur dan antimikroba sebagai pembentuk daya tahan ikan terhadap jamur dan bakteri. Kandungan protein pada magot dapat digunakan untuk mengurangi ketergantungan peternak pada pakan berupa pelet yang cukup mahal dengan memanfaatkan sampah organik sebagai makanan magot. Proses magot dalam mengurai sampah organik yang relatif singkat menjadikannya sangat mudah untuk diproduksi secara massal.

Dari segi habitat memang serangga jenis BSF sulit dikembangkan karena besar kemungkinan pada tahap telur terjadi predasi untuk spesies ini oleh Semut. Bahkan kemungkinan predasi tersebut juga terjadi ketika pertumbuhan BSF menjadi dewasa. Namun untuk mengatasi masalah tersebut cukup mudah karena banyak sekali bahan kimia yang digunakan dalam bidang pertanian dan peternakan untuk membasmi/mengusir semut sehingga perkembangan magot tetap terjaga.

Induk dewasa BSF dapat bertelur sebanyak 320-1000 butir yang diletakkan di bawah lempengan untuk melindungi telur-telur dari predator. Meskipun telur yang dihasilkan banyak, ada pertimbangan yang perlu diperhatikan yaitu siklus hidup BSF sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut diantaranya suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya, serta kuantitas serta kualitas makanan. Namun di Indonesia sendiri sudah ada yang terbukti berhasil mengembangkan ternak magot berbasis teknologi yang inisiasi oleh Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok. Bahkan dari hasil inisiasi tersebut berhasil mendapatkan penghargaan Piala Adipura Tahun 2017 oleh Presiden (Balai Riset Budidaya Ikan Hias, 2017).

(Fauzi and Sari, 2018) Menjelaskan terkait pembudidayaan magot. Tahap pertama adalah menyiapkan tempat bagi lalat BSF untuk bertelur sekaligus berdekatan dengan tempat makanan lalat BSF tersebut. Lalat betina akan meletakkan telur pada media yang ia kira aman dari predator, kemudian telur tersebut akan menetas setelah dua hari dan menjadi larva yang mulai memakan sampah organik. Setelah larva berumur 2-3 minggu sebelum berubah warna menjadi kehitaman, baru dilakukan pemanenan untuk menjadikannya sebagai pakan ikan. Dari jumlah sampah organik sebanyak 100kg dapat menghasilkan magot sebanyak 60-70kg. Proses budidaya magot terbukti sangat mudah karena menggunakan bahan utama sampah organik yang diperoleh dari manapun (How Kebumen, 2019).

Magot tersebut dapat diproduksi dalam skala masal maupun produksi kecil dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi ternak ikan. Bahkan kandungan protein hewani yang terkandung dalam tubuh magot sangat tinggi yaitu 40-50% sehingga sangat bagus untuk pakan ikan meski tidak bias menggantikan pakan konsentrat/pelet seutuhnya.

Selain itu juga magot masih cenderung jarang dan kurang familiar untuk dipakai peternak sebagai pakan yang mampu mempercepat pembesaran ikan. Oleh karena itu sangat disayangkan apabila pembudidayaan magot tidak tersosialisasi secara sempurna di kalangan masyarakat, karena jika pasar pakan magot bisa meluas dan banyak, efek berikutnya yang akan mengikuti adalah turunnya harga pakan utama baik konsentrat/pelet untuk ternak ikan. Serta yang paling utama adalah mampu mengurangi limbah sampah organik yang sebelumnya tidak memiliki nilai tambah.

Disini kami akan membuat suatu contoh yang dapat dibuat dengan teknik “POAC”, sebelum itu semua apakah kalian tau apakah itu “POAC”? Menurut James A.F Stonner, “POAC” didefinisikan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, serta pengawasan usaha-usaha dari para anggota organisasi. Yang mana pengertiannya adalah sebuah proses atau usaha untuk mencapai tujuan dari organisasi oleh semua aspek, baik itu manusia maupun mesin. Dalam arti sederhana kita dapat mengkoordinasikan hal tersebut dengan planning(perencanaan), organizing(pengorganisasian), actuating (penggerakan), controlling (penggendalian).

Planning ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan disingkat dengan sebutan SMART, yaitu:

• Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu idealis. Kita dapat mengabil langkah langka berupa mengetahui sumber lokasi sampah organik seperti toko buah dan pasar dan juga kita sudah tau bagaimana potensi penjualan yang ada disekitar kita.

• Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat keberhasilannya. Kita barusaha untuk menciptakan berbagai inovasi yang baru sehingga kita dapat di ekspor ke Negara lain dan dapat menciptakan Maggot tersebut bertahan lama.

• Achievable artinya dapat dicapai. Kita harus menentukan target pasar dengan baik terutama untuk semua kalangan baik peternak ikan dan peternak ayam. Produk maggot yang dihasilkan dapat dipasarkan melalui :

  • Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya akan dikirim ke berbagai wilayah.
  • Melalui toko online dengan adanya media sosial kita dapat memasarkannya secara online.
  • Eceran maupun partai, disini kita membuka sebuah warung konvensional yang dapat melayani eceran maupun partai

• Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan. Kita berusaha untuk memberikan diferensiasi produk dan pelayanan yang baik kepada para kostumer dengan memanfaatkan dan memaksimalkan semua sumber daya yang ada di dalam perusahaan baik dari segi teknologi maupun sumber daya manusia itu sendiri.

• Time artinya ada batas waktu yang jelas. Kita selalu berusaha untuk melakukan evaluasi dan penilaian atas hasil yang sudah dicapai dalam periode 1 minggu pertama pembukaan perusahaan produksi telur ini. Sampai pengevaluasian setiap bulan, triwulan, dan tahunan. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat meberbaiki kesalahan den dapat meningkatkan kualitas perusahaan.

Oganizing Agar tujuan perusahaan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian. Dalam perusahaan biasanya diwujudkan dalam bentuk bagan organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi berbagai jabatan. Pada setiap jabatan biasanya memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan (Job Description).

Pemegang Jabatan tertinggi di perusahaan kami adalah direktur yang bertugas sebagai pembuat keputusan di dalam perusahaan sekaligus sebagai pemilik perusahaan. Pada posisi ini, direktur memiliki tugas yang besar, tanggung jawab dan wewenangnya untuk memimpin perusahaan ke arah yang lebih baik. Adapun tugas manajer yang berfungsi untuk mengatur dan mengawasi karyawannya seperti karyawan pekerja, kasir, supir untuk mengantar telur dan untuk mengambil ayam-ayam petelur. Karyawan bekerja sesuai dengan perintah atasan dengan sebaik. Dengan pembagian tugas tersebut maka pekerjaan menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari manajemen, yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing.

Actuating adalah pelaksanaan kerja untuk itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.

Controlling agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Pengawasan perlu dilakukan agar perusahaan dapat menilai dan mengawasi kekurangan perusahaan seperti kualitas prodik, proses produksi, maupun sumberdaya manusia itu sendiri agar dapat menciptakan lingkungan bisnis dan budaya perusahaan yang baik. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman.

Dengan demikian dengan melihat potensi sampah yang besar dan juga kita dapat mengolah sampah tersebut sebagai pakan ternak maka akan banyak pembudidaya magot yang bermunculan, permasalahan sampah organik khususnya di Banyumas dapat selesaikan karena masalah sampah anorganik secara perlahan juga mulai terselesaikan dengan adanya kegiatan daur ulang yang digalakkan pemerintah setempat. Bahkan, jika pembudidaya maggot di Banyumas kekurangan pasokan sampah organik, dapat mendatangkan dari kabupaten tetangga dan wilayah itu juga akan terbantu dalam menyelesaikan masalah sampahnya.(*)

Sumber :
https://www.eawag.ch/fileadmin/Domain1/Abteilungen/sandec/publikationen/SWM/BSF/Buku_Panduan_BSF_LR.pdf Diakses pada hari Senin 21 Juni 2021, pukul 10.55 WIB
https://journal.ipb.ac.id/index.php/pim/article/view/31729 Diakses pada hari Selasa 22 Juni 2021, pukul 21.00 WIB
• https://dosenpintar.com/pengertian-poac/ Diakses pada hari Jumat 25 Juni 2021, pukul 21.55 WIB

Beri komentar :
Share Yuk !