Upaya Melatih Kemampuan Literasi Peserta Didik di SMP N1 Mrebet Pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila

Oleh: Azan hendarto Sutanto, S.Pd
Kepala Sekolah SMP N1 Mrebet Purbalingga -Jawa Tengah

Membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan di berbagai jenjang pendidikan, khususnya keterampilan literasi.

Sebagaimana diungkapkan dalam hasil penelitian di bidang literasi yang  dilakukan oleh Central Connecticut State University di New Britain, Conn., USA, yang menempatkan 5 negara dengan posisi terbaik seperti Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia. Sementara Indonesia berada di posisi 60 dari 61 negara (Santoso, 2018). Begitu juga data dari Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), dan Programme for International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik Indonesia tergolong rendah (Kemendikbud, 2016).

Padahal, siswa dengan kemampuan literasi rendah akan rentan mengalami penurunan motivasi belajar, kurangnya kemampuan menangkap informasi, dan kemungkinan harus mengulang kelas atau bahkan tidak melanjutkan pendidikan (drop out) (Solihin, 2020).

Mengingat pentingnya kemampuan literasi, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS), termasuk pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) guna menumbuhkan kemampuan literasi
sebagai bagian dari karakter siswa.

GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Dalam konteks GLS, pengertian literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara (Kemendikbud, 2016). Paling tidak
terdapat tiga tahap yang perlu dilakukan agar program GLS ini berhasil yaitu pertama tahap
pembiasaan, dilakukan agar menumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca,
kedua tahap pengembangan dilakukan dengan kegiatan menanggapi buku bacaan dan
pengayaan, dan ketiga tahap pembelajaran dilakukan di semua mata pelajaran menggunakan
buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran (Suciyati, 2022).

Pada pelaksanaan GLS tahap pembelajaran yang diterapkan pada mata pelajaran PPKn, guru perlu merancang dan menentukan aktivitas belajar yang mendukung penguasaan literasi pada tiap sesi pembelajaran. Dalam merancang aktivitas pembelajaran yang mendukung kemampuan literasi anak, paling tidak terdapat empat aktivitas terstruktur yang dapat digunakan dalam pembelajaran literasi yaitu dengan 1) memberikan konteks; 2) model atau contoh; 3) dialog, dan 4) keterlibatan.

Dengan menyediakan konteks, guru PPKn menetapkan tujuan pembelajaran literasi. Misalnya, tujuan pembelajaran diselaraskan dengan kurikulum sekolah. Kegiatan ini dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas. Pada saat yang sama, guru dapat memotivasi siswa untuk belajar menulis rangkuman yang baik sebagai tagihan akademik. Guru PPKn juga harus menjadi model, memberikan contoh dan membimbing keterampilan membaca dan menulis siswa. Guru memberikan contoh dan membimbing ejaan dan makna kata yang benar sesuai dengan indikator yang diharapkan. Guru juga perlu mencontohkan cara membaca yang benar.

Kegiatan dialog dapat dilakukan guru dengan mengajukan pertanyaan tentang pengalaman peserta didik dalam membaca buku yang mereka senangi dan berkaitan dengan konteks maupun tema pembelajaran. Guru PPKn dapat mengatur peserta didik untuk berdiskusi satu sama lain. Misalnya, dalam pengalaman membaca buku bersama, buku tersebut  didiskusikan bersama di kelas atau dalam kelompok kecil. Dialog bermanfaat untuk menggali
pengetahuan, mengubah pengetahuan lama menjadi pengetahuan baru, dan dialog dapat
merangsang siswa untuk berpikir kritis.

Dalam membangun keterlibatan, peserta didik diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan literasi dengan memberikan tugas mandiri, seperti melibatkan siswa membaca buku di kelas, di perpustakaan, ataupun di rumah. Siswa juga dapat dilibatkan dalam kegiatan menulis bebas dan kontekstual, seperti menulis peta konsep, menulis rangkuman, menulis cerita pendek pengalaman berlibur mereka, lomba membuat poster maupun majalah dinding.

Dalam melaksanakan GLS, guru PPKn perlu terbuka dalam mengantisipasi perbedaan individu diantara peserta didik. Seringkali didapati siswa yang mengalami kesulitan membaca
dan menulis, sementara siswa yang lain ada juga yang secara cepat dapat memahami apa yang dipelajari. Pendampingan dan perlakuan belajar yang spesifik perlu dilakukan agar peserta didik tetap merasa selalu mendapatkan dukungan dan termotivasi untuk belajar.

Memfasilitasi peserta didik sampai memiliki kemampuan literasi yang memadai bukan hanya salah satu hadiah terbesar yang diberikan guru kepada peserta didik, tetapi juga salah satu hak terbesar yang harus
mereka dapat

Beri komentar :
Share Yuk !